Terbongkarnya pemalakan yang dilakukan oknum aparat berseragam di perairan Sungai Mahakam, bukan cerita baru. Praktik itu justru sudah terendus sejak 2016, harian ini mendapat banyak informasi terkait hal tersebut.
Tulisan yang dimuat Jumat, 15 Juli 2016 lalu, di halaman utama itu mengulas keterlibatan oknum aparat dalam serangkaian pemalakan kapal di Sungai Mahakam. Tulisan itu dikuatkan dengan pengakuan seorang petinggi Pergerakan Pelaut Indonesia (PPI) Samarinda dan 13 pelaut, yang namanya enggan ditulis dengan alasan keselamatan.
Entah sudah berapa banyak perompak ditangkap, diproses, dan dimasukkan ke penjara karena memeras kapal-kapal yang melintas di sungai. Dari sekian banyak kasus perompakan, semua pelaku adalah warga sipil yang mengaku anggota organisasi masyarakat (ormas).
Meski tidak ada kekerasan yang dilakukan perompak, namun kegiatan itu sangat meresahkan karena awak kapal harus merogoh kocek lebih untuk membayar upeti kepada pemalak yang menghampiri.
"Kami biasa menyebutnya ngopek (istilah memberi upeti). Bisa berbentuk solar atau uang," kata pelaut yang meminta namanya dirahasiakan. Tidak semua kapal yang berlayar di Sungai Mahakam menjadi sasaran. Perompak dan pemalak berseragam hanya mendatangi kapal-kapal yang sedang membawa muatan.
"Kapal batu bara atau muat BBM seperti LCT. Kalau kosongan tidak didatangi," ujarnya. Perompak sipil tidak jarang melakukan barter dengan awak kapal, tapi cara itu hanya untuk memanipulasi agar tidak terlihat memeras di mata petugas yang tengah berpatroli.
Sumber itu pun menyebut, alasan adanya upeti di Sungai Mahakam juga tidak sepenuhnya kesalahan oknum aparat, tapi juga ada kesalahan yang dilakukan awak kapal.
"Biasanya kapal itu tidak lengkap surat izin berlayarnya atau pernah kedapatan menjual solar, dan itu paling banyak terjadi," tuturnya.
Sebelumnya, video aksi palak oknum berseragam beredar di media sosial (medsos). Seseorang mengunggah video rekaman closed circuit television (CCTV) dari salah satu kapal jenis tugboat (TB) yang menjadi sasaran meminta jatah.
Tidak diketahui pasti di mana lokasi terjadi, tapi dari sekian banyak komentar yang menyebut aksi palak oknum aparat itu kebanyakan menyebut peristiwa itu terjadi di Sungai Mahakam.
Tampak dalam video berdurasi 57 detik itu, terlihat enam oknum aparat menggunakan tiga speedboat yang berbeda silih berganti menghampiri kapal.
Seorang anak buah kapal (ABK) terlihat dalam video yang telah dibagikan sebanyak 1.881 kali, 257.656 tayangan, 799 tanggapan, dan 466 komentar itu tengah memberikan kertas berwarna putih yang diyakini amplop kepada aparat. (dra/dns/k8)