Jenius Ahli Ibadah Itu Telah Pergi

- Jumat, 13 September 2019 | 22:26 WIB

Oleh: Bambang Iswanto

Dosen IAIN Samarinda

“Saya diberikan kenikmatan oleh Allah ilmu teknologi, sehingga saya bisa membuat pesawat terbang. Tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama lebih manfaat untuk umat. Kalau saya disuruh memilih antara keduanya, maka saya akan memilih ilmu agama”.(Habibie)

===

Anak-anak Indonesia yang hidup pada era 80-an ketika ditanyai, “Apa cita-citamu, Nak?” banyak di antara mereka menjawab ingin menjadi seperti BJ Habibie. Itulah sekelumit dari bagian besar lain kehebatan almarhum Habibie. Seluruh lapisan masyarakat, dari dewasa, remaja, sampai anak-anak tahu tentang keenceran otak beliau.

Masyarakat, bukan hanya Indonesia, internasional pun mengenal dan mengakui kejeniusannya. Namanya mengharumkan Indonesia di dunia internasional di bidang kedirgantaraan. Penemuannya fenomenalnya, terkait dunia penerbangan yaitu Habibie factor dan crack progression menjadi teori yang dipakai dalam sains dan industri.

Bukti lain kejeniusannya adalah saat Habibie meraih gelar doctor ingenieur di Jerman, dengan predikat sempurna, summa cum laude. Kreasi pembuatan sejumlah pesawat yang diakui dunia juga bukti pendukung lainnya kehebatan beliau.

Sangat wajar, dengan raihan prestasi super yang sudah ditorehkan, Habibie diidolakan anak-anak dan dikagumi banyak orang dewasa.

Belum lagi membicarakan kiprah beliau memimpin negeri ini. Pernah menjadi menteri kabinet Soeharto, menjadi wakil presiden, dan menduduki posisi tertinggi di pemerintahan sebagai presiden.

Bagi saya pribadi, kehebatan beliau tidak hanya pada kejeniusan yang dimiliki. Tetapi yang lebih hebat dari itu adalah bagaimana sikap syukurnya atas nikmat kecerdasan yang dimiliki.

Cerminan syukur tersurat dari ucapan pidato beliau pada awal tulisan ini. Memiliki kesadaran bahwa otak super merupakan pemberian Tuhan, menjadikan Habibie tetap menjadi orang pandai bersyukur.

Pengejawantahan syukur dibuktikan dengan ketekunan beribadah secara istikamah. Banyak orang terdekat beliau meriwayatkan, Habibie rutin menunaikan ibadah puasa sunah Senin-Kamis. Beliau berkeyakinan, puasa sunah tersebut bisa membuat spritualitas menjadi tegar, pikiran segar, dan fisik sehat.

Tidak sedikit pula yang menyebutkan Habibie adalah seorang ahli qiyamul lail. Rajin berkomunikasi dengan Sang Khalik di keheningan malam, saat orang lain terlelap. Sebagian besar waktu beliau dihabiskan untuk beribadah dan memberi manfaat kepada orang lain. Konon, waktu tidur beliau dalam sehari  tidak lebih dari empat jam.

Bagi orang yang sudah konsisten melaksanakan ibadah sunah yang bersifat sekunder, jangan tanyakan tentang ibadah wajib dan primer mereka. Ibadah sunah yang bersifat sekunder saja dapat dijalani secara istikamah, apalagi yang wajib.

Ahli ibadah sunah, lazimnya sudah melakoni dan melawati ibadah wajib. Ibadah bagi mereka merupakan kebutuhan, tidak lagi sebagai kewajiban. Meskipun agama menentukannya sebagai kewajiban.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X