BALIKPAPAN-Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Bongan di Balikpapan sejak Agustus 2019 membentuk tim khusus. Ini menyusul status siaga kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dikeluarkan Dinas Kehutanan Kaltim.
Para petugas dari instansi yang dinaungi Dinas Kehutanan (Dishut) Kaltim itu berupaya mencegah karhutla. Khususnya kawasan Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) Jalan Soekarno-Hatta Km 15, Balikpapan Utara dan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Manggar kawasan Jalan Soekarno-Hatta Km 23.
“Indikatornya sudah bertanda merah,” terang Kepala KPHP Bongan Eddy Rieswanto bersama Kepala Seksi Perlindungan KSDAE (Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem) dan Pemberdayaan Masyarakat, Rini Handajani yang ditemui Kaltim Post, Rabu (11/9) ditemui di kantornya, UPTD KPHP Bongan, Jalan Ahmad Yani, Balikpapan.
Indikator tersebut mulai terlihat Agustus lalu. “Semakin banyak pada akhir dan awal September ini. Tandanya merah, artinya ekstrem,” kata Rini. Data informasi sistem perangkat bahaya kebakaran itu dimiliki Yayasan Pro Natura.
“Peralatannya lengkap. Bisa mengukur suhu bumi, curah hujan dan lainnya. Kami sangat terbantu,” tambah Aris Pujihadi, Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan.
Rini menguraikan, peningkatan suhu itu dipengaruhi cuaca panas imbas terbakarnya batu bara di kawasan HLSW dan DAS Manggar. Pada 2008-2009 pernah terjadi kebakaran hutan di areal PT Inhutani yang jaraknya berdekatan dengan HLSW.
“Sempat menyala, kemudian petugas yang di posko segera memadamkan bersama warga setempat. Kami awasi karena pernah terjadi kebakaran, agar tidak merembet,” jelasnya. Selain karena adanya kandungan batu bara yang mudah terbakar, ada pula warga membuka lahan dengan cara dibakar.
“Kami beri edukasi pada warga. Paling banyak di wilayah Kutai Barat (Kubar),” tuturnya. Diketahui wilayah kerja UPTD KPHP Bongan ada lima. Yakni HLSW, DAS Manggar, Paser, Penajam Paser Utara (PPU) dan Kubar.
“Saat ini paling rawan karhutla di Kubar,” kata Rini. Sehingga pihaknya bersama masyarakat memfokuskan lakukan pencegahan. Di antaranya sosialisasi pencegahan. Mulai pencegahan, mengatasi awal kebakaran hingga memberikan pemahaman seputar aturan perundangan.
Aris Pujihadi menambahkan, sejak 3 September 2019, pihaknya telah menyiagakan dua posko di HLSW dan DAS Manggar. Pihaknya bekerja sama dengan Yayasan Pro Natura, Masyarakat Peduli Api (MPA), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) serta pihak Kelurahan Karang Joang dan Kariangau.
Selain diberikan edukasi bagaimana mencegah kebakaran, mengatasi api, menghubungi petugas dan lainnya. Penggunaan peralatan tradisional seperti tongkat pemukul dahan kering yang terbakar, cangkul, sekop untuk menggali tanah dan menutup api agar padam.
“Kami sudah melakukan pengadaan sarana prasarana. Seperti alat pemadam, selang, mobil, motor dan lainnya untuk upaya cegah karhutla,” jelas Aris. Diketahui luas areal kedua hutan lindung tadi mencapai 14 ribu hektare lebih. (aim/ms/k15)