SENDAWAR - Kemarau membuat angkutan lewat Sungai Mahakam dari dan ke Kutai Barat (Kubar) terkendala, bahkan rawan kecelakaan. Kondisi ini terjadi hampir 6 bulan terakhir. Air sungai menyempit dan beberapa titik alur menjadi dangkal.
Tidak hanya membuat angkutan manusia dan barang terbatas, juga rawan. Apalagi kabut kerap mengadang jarak pandang nakhoda taksi kapal motor. Sementara itu, padatnya aktivitas produksi batu bara kerap membuat jalur air tidak aman. Puluhan ponton memuat batu bara menguasai alur sungai.
"Kalau malam, agak rawan Pak karena banyak ponton batu bara. Dikhawatirkan bisa terjadi tabrakan," kata Ali, warga Melak, kepada media ini kemarin.
Angkutan sungai masih digemari warga meski jumlahnya tidak seperti 10 tahun lalu. Dangkal dan sempitnya alur sungai membuat rawan kecelakaan. Apalagi saat berpapasan dengan ponton batu bara.
Warga berharap, ada pengaturan pelayaran. Jika malam, ponton berhenti beroperasi. Jika bersandar, juga wajib memasang lampu di setiap sudut ponton. Hindari tabrakan saat malam.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Kubar Rakhmat mengatakan, pihaknya sudah memberikan imbauan kepada taksi angkutan Sungai Mahakam. Jika kabut, harus mengurangi kecepatan. Demikian juga kemarau harus berhati-hati. Utamakan keselamatan penumpang saat berlayar. "Karena keselamatan sangat penting," katanya. (rud/kri/k16)