Restrukturisasi untuk Raih Untung, Bukalapak PHK Ratusan Pekerja

- Rabu, 11 September 2019 | 11:53 WIB

JAKARTA– Kabar cukup mengejutkan datang dari salah satu unicorn Indonesia, yakni Bukalapak. Perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce itu dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada ratusan karyawannya. Alasan yang dikemukakan dari keputusan tersebut adalah penyesuaian internal demi bisnis jangka panjang.

Nada penyesalan dicurahkan salah seorang karyawan Bukalapak yang menjadi korban PHK. Dia mengeluhkan aksi perusahaan yang memutus hubungan kerja dalam jumlah yang cukup besar dan merata di hampir semua divisi. ’’Yang jelas sudah beberapa gelombang. Sejak akhir Juli. Hampir 200 (karyawan, Red) mungkin,’’ ungkap salah seorang karyawan korban PHK Bukalapak (10/9).

Karyawan yang enggan namanya disebutkan itu menceritakan, PHK dilakukan merata di semua divisi dan posisi. Sebagian besar sudah berstatus karyawan tetap. Posisi yang terkena imbas PHK bukan hanya staf. Bahkan, ada yang menjabat senior engineer dan senior manager. ’’Restrukturisasi. Begitu statement resminya. Targetnya profitable,’’ ujarnya.

PHK sangat mungkin tidak berhenti sampai di situ. Sebab, kantor Bukalapak di Medan dan Surabaya juga disebut-sebut akan tutup. Sebagian karyawan yang memiliki kinerja bagus bakal ditawari untuk pindah ke Jakarta. Yang tidak bersedia pindah akhirnya memilih resign.

Chief of Strategy Of?cer of Bukalapak Teddy Oetomo mengakui, pihaknya memang melakukan beberapa penyesuaian dan perubahan internal. ’’Bukalapak ingin menjadi e-commerce yang sustainable untuk tumbuh dan menciptakan impact. Karena itu, kami perlu melakukan penyesuaian internal dan perubahan yang dianggap perlu demi bisnis jangka panjang,’’ jelasnya.

Teddy menyatakan, perkembangan teknologi makin pesat sejalan dengan kebutuhan konsumen yang kian beragam. Karena itulah, perusahaan juga beradaptasi terhadap perubahan-perubahan di masyarakat. ’’Ketika Bukalapak didirikan sembilan tahun lalu, perkembangan teknologi tak sepesat sekarang,’’ katanya.

Menurut Teddy, pertumbuhan Bukalapak pada semester pertama 2019 masih positif. Periode itu tumbuh tiga kali lipat bila dibandingkan dengan semester pertama 2018. ’’Menjadi sustainable sangatlah penting bagi kami,’’ tuturnya.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan, fenomena yang dialami Bukalapak mematahkan asumsi shifting masif yang terjadi antara offline dan online. Faktanya, menurut Bhima, semua pelaku bisnis di sektor apa pun saat ini menghadapi tantangan yang sama. ’’Kondisi ekonomi memang sedang berat, baik bagi pemain offline maupun online,’’ ujarnya.

Menurut Bhima, saat ini perusahaan dituntut melakukan penyesuaian strategi bisnis. Selain itu, perusahaan perlu memperhatikan kondisi likuiditas atau cash flow. ’’Harus punya cadangan cash untuk mengantisipasi kondisi tak terduga,’’ tuturnya.

Yang tidak kalah penting, menurut Bhima, perusahaan wajib melakukan riset pasar secara lebih mendalam. Sebab, tidak semua segmen konsumen melemah. Misalnya, berdasar data BI, indeks keyakinan konsumen kelas bawah justru masih optimistis. (agf/deb/rin/c14/oki)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X