Setiap Keris Punya Karakter, Salah Pakai Bisa Didenda

- Rabu, 11 September 2019 | 11:20 WIB

Setiap tahapan dalam prosesi Bisoq Keris menyimpan makna. Begitu pula peranti yang digunakan. Air bersih, bunga, hingga wewangian memiliki nilai filosofis. Yang membuat pemiliknya semakin dekat dengan benda pusakanya.

 

WAHIDI AKBAR SIRINAWA, GIRI MENANG

 

Mencuci keris atau bisoq keris bukan tradisi kemarin sore. Budaya ini sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Hanya saja, tak banyak yang melaksanakannya secara massal. Dengan jumlah keris mencapai puluhan.

”Selama ini memang belum ada yang melakukan. Kalaupun ada, itu dilakukan sendiri-sendiri. Tidak seperti (sebesar) ini,” kata Ki Ageng Jelantik Sadarudin. Seorang dalang sekaligus pengemban budaya dan adat Sasak.

Bagi Sadarudin, Bisoq Keris merupakan hajatan yang baik. Perilaku positif ditunjukkan pemiliknya terhadap warisan benda pusaka, yang diwariskan kepadanya. Bertujuan menjadikan pemilik lebih dekat dengan kerisnya.

”Tentu setelah ritual ini, kita lebih merasa menyatu. Lebih aman, lebih enak rasanya kalau membawa benda itu,” tutur dia.

Ritual Bisoq Keris tak terlepas dari peranti yang ada. Sebagai bagian dari prosesi. Setidaknya ada empat hal yang paling dibutuhkan dalam ritual ini. Air, kembang atau bunga, wewangian, dan keris itu sendiri.

Karakter air, kata Sadarudin, sebagai sarana untuk membersihkan. Juga menyucikan sesuatu. Kemudian bunga, yang identik dengan keharuman. Menandakan bahwa tradisi Bisoq Keris merupakan sesuatu yang baik. Tidak sedikitpun berniat untuk menentang nilai agama.

Adapun keris, lanjutnya, sebagai gambaran ketajaman akal luhur dan akal budi. Pada dasarnya, keris selalu dipegang seorang laki-laki. Dengan benda pusaka itu, sang pemegang harus mampu menunjukkan keluhuran akal. Juga perbuatan baik.

”Semuanya ada maksud dan tujuannya. Ke depannya bisa menjadi sesuatu yang positif,” terang ia.

Keris bukan sekedar senjata pusaka. Benda klasik yang diwariskan secara turun temurun. Kata Sadarudin, setiap keris biasanya identik dengan pemegangnya. Karakter keris menyesuaikan karakter pemiliknya.

Tak jarang, orang yang hendak membuat keris, memiliki hitung-hitungan tertentu. Terutama untuk mengukur panjang dan bentuk keris. Ada yang mengukur menggunakan ibu jari. Juga selembar daun yang telah dibagi dua.

”Kalau karakter (orang) yang lembut dan halus, tentu tidak mau memegang (keris) yang keras,” sebut Sadarudin.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X