BALIKPAPAN—Jumlah pengembang perumahan yang mengajukan perizinan site plan ke Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Balikpapan untuk perumahan komersial terbilang sedikit. Sepanjang 2019, hanya tiga yang mengajukan.
Mereka adalah pengembang perumahan Kumala Residence seluas 10.077 meter persegi dan Puri Karang Joang seluas 10.788 meter persegi. Kemudian satu perumahan untuk MBR, yaitu Karang Joang Asri seluas 78.210 meter persegi. Masing-masing telah mengajukan permohonan pada 11 Januari 2019, 15 April 2019 dan 22 Juni 2019.
Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Balikpapan I Ketut Astana mengatakan, perumahan komersial, utamanya segmen menengah atas memang masih cooling down atau menunggu situasi pasar saat ini.
Dia menuturkan, kondisi di lapangan, pengembang justru banyak yang beralih menggarap rumah murah karena sepinya pangsa pasar di kelas menengah ke atas.
Hal itu sebagai dampak ekonomi yang mengalami perlambatan pada 2017, 2018 dan awal 2019, sehingga tren permohonan pengajuan perumahan semakin menurun.
Ketut menambahkan, kendati sektor andalan Kaltim, yakni pertambangan mulai membaik. Hal itu belum memengaruhi peminat rumah komersial atau menengah ke atas di Kota Balikpapan. Bahkan geliatnya hingga akhir tahun ini diproyeksikan masih minim.
"Kami harapkan ada progres yang lebih maju setelah isu pemindahan ibu kota. Kemungkinan sampai akhir tahun investor mulai melirik, tetapi belum mendongkrak perumahan komersial. Mungkin akan terlihat pada tahun depan," ujarnya.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Realestat Indonesia (REI) Kalimantan Timur, Bagus Susatyo mengatakan, saat ini rumah yang laku dijual, di harga di bawah Rp 500 juta.
“Sekarang paling laris rumah murah. Namun hanya di Balikpapan yang paling gencar menjual rumah ini. Pasarnya sangat bagus. Samarinda dan wilayah lainnya masih kesulitan membangun rumah karena lahan yang ada terlalu jauh,” tuturnya.
Dia menerangkan, industri properti mati suri sejak 5 tahun ke belakang. Sektor properti di kawasan tersebut terutama ditopang kegiatan tambang batu bara. Namun, belakangan bisnis batu bara lesu dan turut menghantam bisnis properti.
Ia membeberkan, penjualan properti untuk kelas menengah atas turun sampai 70-80 persen. Para pengembang pun kemudian lari ke sektor rumah murah atau rumah subsidi untuk mengatasi hal tersebut.(aji/tom/k15)