BALIKPAPAN – Trauma atas munculnya kobaran api akibat kebocoran instalasi jaringan gas (jargas) di permukiman mereka, warga RT 20 Sumber Rejo ramai-ramai menolak beroperasinya jargas.
“Dari awal kami sudah khawatir karena lihat hasil kerja instalasi tak beres. Waktu diprotes kontraktornya bilang yang penting jaringan masuk dulu. Perbaikan di belakang. Di belakang apa? Yang datang malah api,” kata Majid, salah satu warga RT 20.
Hal senada diungkapkan Ade Setiawan. Dia malah meminta jaringan gas distop saja. Sebab bikin bahaya permukiman tempatnya tinggal. “Kerjanya nggak beres. Pipa atau selang harusnya minimal 40 sentimeter di bawah tanah. Yang ada malah 40 sentimeter di atas tanah. Sama saja mau bunuh warga,” kata pria yang disapa Awan ini.
Zainab warga lainnya menyoal kerja kontraktor instalasi yang asal-asalan. Kepada media ini dia menunjukkan selang jaringan gas warna kuning yang tak tertanam persis di bawah tangga rumahnya. “Kalau ada yang usil, selang tinggal dipotong, dilempar korek api, habis rumah saya,” keluhnya.
Ketua RT 20 Hasan menyatakan, sejumlah warga sudah bertanda tangan keberatan, dan suara itu akan dibawanya ke kelurahan.
Ia menyebut, kebocoran pipa gas yang menimbulkan kobaran api di salah satu rumah warganya pada Jumat (6/9) malam adalah penyebab utama.
Saat itu ada warganya sedang membakar sampah. Tiba-tiba api berkobar dan merambat tinggi karena ada gas yang muncul dari kebocoran pipa jargas. Warga bahu-membahu mematikan api yang sangat sulit dipadamkan. Baru setelah berkarung-karung pasir ditimbunkan ke pipa jargas yang bocor api bisa padam.
Bambang, staf PT Noorel Idea, kontraktor pemborong galian instalasi yang dikonfirmasi menyebut, pihaknya kini tengah mengivestigasi kebocoran tersebut.
Namun ia menggarisbawahi, pekerjaan memang belum tuntas. Masih masa pemeliharaan hingga Desember.
“Nanti kami perbaiki, terutama yang terekspose. Yang jelas, warga juga harus paham, pipa dan selang instalasi jargas sudah diuji-coba, tahan 50 tahun. Tapi harus dijaga bersama,” sebutnya. (ms/k18)