Merasakan Langsung Pembuatan Mentega secara Tradisional di Irlandia

- Senin, 9 September 2019 | 14:04 WIB

Pada masa lalu, Irlandia pernah dikenal sebagai negara penghasil keju dan mentega. Sisa-sisa kejayaan itu kini terekam di Butter Museum alias Museum Mentega yang berada di sebuah kota bernama Cork.

 

TRI MUJOKO BAYUAJI, Cork, Jawa Pos

 

PELABUHAN dan tata kota di Cork, Irlandia, memiliki keterkaitan erat. Pelabuhan Cork merupakan saksi sejarah berkembangnya perdagangan keju sejak era 1700-an. Di sisi lain, tata kota dan kontur geografis kota berjuluk Rebel City tersebut mendukung pola perdagangan krim yang kerap dibuat untuk topping roti tawar itu. Pada masa itu, para peternak di Cork sudah mengolah susu menjadi mentega. Hasilnya lalu dijual ke berbagai belahan benua.

”Jika bicara keju dan mentega, Anda bicara tentang Cork,” kata Dominic Moore, pemandu Museum Mentega Cork, kepada rombongan media asal Indonesia Rabu (28/8) itu. Tiga awak media asal Indonesia menyempatkan berkunjung ke Museum Mentega atas undangan Bord Bia, Badan Pangan Irlandia.

Domo, sapaan akrab Dominic Moore, secara detail menjelaskan keberadaan Museum Mentega. Museum tersebut tepat berlokasi di sebelah gedung Bursa Mentega Cork (Cork Butter Exchange). Lantas, tepat di sebelah Bursa Mentega, ada gedung Firkin Crane. Itu adalah tempat pengolahan susu menjadi mentega oleh para peternak.

Dua gedung tersebut sudah beroperasi sejak sekitar tahun 1770. Merupakan pusat pengolahan sekaligus penjualan mentega hasil olahan peternak Irlandia sebagai komoditas ekspor. ”Ekspor mentega Irlandia dari Cork Butter Exchange menjadi yang terbesar, bahkan dalam hitungan abad,” kata pria ramah itu.

Pada kurun 1770–1924, Bursa Mentega Cork merajai pasar dunia. Mentega tersebut diekspor dari Pelabuhan Cork menuju berbagai negara di Benua Amerika, Tiongkok, hingga ke Melbourne. Kebutuhan masyarakat Irlandia atas hasil pertanian negara lain menjadikan mentega sebagai tumpuan ekspor mereka pada masa itu.

Dukungan kontur geografis tersebut, jelas Domo, adalah kaitan lokasi ditempatkannya Bursa Mentega dengan Pelabuhan Cork. Bursa Mentega bersama Firkin Crane berlokasi di dataran yang lebih tinggi daripada pelabuhan. Saat keju itu selesai diolah dan disimpan dalam firkin (sebuah wadah tabung kedap udara terbuat dari kayu), lalu dibawa menuju pelabuhan.

”Kami tinggal menggelindingkan saja. Tidak perlu banyak tenaga saat dibawa ke pelabuhan,” terang Domo sambil menirukan gestur cara mengirimkan firkin. Gedung Firkin Crane itu sendiri sejak awal didesain menirukan separo tabung dari bentuk firkin.

Disebut bursa karena sistem perdagangan modern sudah diterapkan komite yang mengelola pada saat itu. Aktivitas pertama pasca pengiriman susu adalah pengolahan susu menjadi mentega oleh para istri atau anak perempuan peternak. Selesai diolah, standar mutu dan kualitas mentega siap jual itu diperiksa tim yang diisi dari komite maupun pembeli.

Hasil mentega tersebut diberi urutan ranking. Mulai kualitas nomor satu hingga terendah di nomor enam. Setiap peternak mendapat penghasilan berdasar kualitas mentega. Sementara itu, pembeli mentega hanya bisa melihat hasil akhir yang sudah jadi. ”Pembeli mentega tidak akan tahu mentega petani atau peternak siapa yang sudah mereka beli. Mereka hanya melihat kualitas. Ini untuk menekan supaya tidak ada praktik korupsi di situ,” terang Domo.

Jumlah petani dan peternak sapi yang terlibat di Bursa Mentega Cork terbilang banyak. Pada masa itu saja, sudah ada sekitar 20.000 peternak yang silih berganti mengirim dan mengolah susu mereka menjadi mentega di Firkin Crane. ”Ada satu fotografer yang berhasil kami simpan hasil karyanya. Foto itu merekam suasana Cork Butter Exchange pada masa jayanya. Itu sudah kami pajang di museum,” imbuhnya.

Domo melanjutkan penjelasannya langsung lewat praktik. Para awak media diajak masuk ke museum. Bergabung dengan para pengunjung museum. Sudah disiapkan meja lengkap dengan sejumlah peralatan. Ada tabung firkin dan stoples kaca berisi susu murni ditambah air. Stoples beling berukuran mirip tempat penyimpanan dawet itu memiliki tutup khusus berupa alat yang bisa mengaduk isi stoples. ”Sekarang mari kita buat sendiri mentega, seperti pengalaman masa lalu itu,” ajak dia.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X