Prediksi Ekonomi Kaltim di 2019 Cuma Capai 3 persen

- Senin, 9 September 2019 | 13:32 WIB

SAMARINDA-Ekonomi Kaltim pada triwulan II 2019 tumbuh sebesar 5,43 persen year on year (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,46 persen (yoy). Pada triwulan ketiga dan keempat ekonomi Bumi Etam diprediksikan tumbuh di kisaran yang lebih rendah. Namun secara menyeluruh pada 2019 ekonomi Kaltim diprediksi akan tumbuh 3 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, outlook ekonomi Kaltim mencapai puncak di triwulan pertama dan kedua tahun ini. Sehingga pada triwulan ketiga dan keempat pertumbuhan ekonomi Bumi Etam akan melambat tapi tetap di kisaran yang sangat baik.

“Pada semester pertama tahun ini kinerja pertambangan dan industri pengolahan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya,” ujarnya.

Menurutnya, akselerasi lapangan usaha pertambangan dipengaruhi oleh faktor pasokan dan permintaan. Cuaca pada semester pertama 2019 yang lebih kering memberikan dukungan bagi peningkatan produksi di open pit batubara. Di sisi permintaan, peningkatan permintaan batu bara yang cukup tinggi dari Tiongkok mendorong kinerja ekspor luar negeri Kaltim.

“Peningkatan permintaan batubara tersebut sejalan dengan aksi frontloading importir batubara Tiongkok menyusul rencana kebijakan restriksi impor oleh Pemerintah Tiongkok,” jelasnya.

Sementara itu, tambah Tutuk, akselerasi kinerja lapangan usaha industri pengolahan bersumber dari beroperasinya kembali secara normal kilang minyak Balikpapan, paska maintainance rutin di triwulan sebelumnya. Di sisi industri pengolahan nonmigas, kinerja industri minyak kelapa sawit (CPO) terus membaik didorong oleh optimalisasi penggunaan B20 serta upaya pengembangan B30, serta permintaan dari eksternal yang cukup tinggi.

“Namun demikian di sisi lain, laju pertumbuhan ekoomi Kaltim pada triwulan II 2019 tertahan oleh melambatnya kinerja lapangan usaha konstruksi dan pertanian,” katanya.

Pembangunan proyek – proyek berskema tahun jamak yang telah memasuki tahap akhir berdampak pada aktivitas konstruksi yang tidak setinggi periode sebelumnya. Di samping itu, beberapa proyek dimaksud memerlukan tambahan anggaran pada 2019 sehingga masih memasuki tahapan lelang di awal tahun. Sementara itu perlambatan lapangan usaha pertanian, bersumber dari siklus el nino yang mulai melanda sebagian besar wilayah di Kaltim sejak April 2019.

“Akibatnya, cuaca menjadi lebih panas dan kering sehingga kurang mendukung kinerja pertanian terutama sub sektor perkebunan,” jelasnya.

Tutuk mengatakan, pada triwulan III 2019 Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Kaltim tetap tumbuh positif namun lebih rendah dibandingkan triwulan II 2019. Melambatnya ekonomi Kaltim bersumber dari permintaan eksternal untuk komoditas batu bara yang mulai menurun. Pemerintah Tiongkok mulai menerapkan restriksi impor per Juli 2019 untuk menjaga target impor batu bara, sesuai target di akhir tahun ini.

Langkah ini juga diambil untuk mendukung penjualan batu bara domestik Tiongkok, yang mulai kehilangan kompetitifnya karena harga di pasar internasional yang terus turun. Namun di sisi lain, lapangan usaha konstruksi diperkirakan kembali meningkat untuk mengejar target penyelesaian pembangunan proyek-proyek pemerintah di akhir tahun 2019.

“Sehingga pada 2019 kita prediksikan ekonomi Kaltim akan tumbuh 3 persen, masih lebih tinggi dibandingkan 2018 yang tumbuh 2,6 perse,” pungkasnya. (ctr)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X