SURABAYA – Perkembangan teknologi yang pesat berdampak pada industri pariwisata. Belakangan, biro perjalanan wisata (BPW) berbasis digital alias BPW dalam jaringan (daring) menjamur. Jika hotel-hotel senang karena okupansi mereka terbantu, berbeda halnya dengan BPW konvensional. Sebab, BPW daring bisa menawarkan paket dengan harga yang jauh lebih miring.
Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Jawa Timur Arifudinsyah mengakui, kehadiran teknologi informasi dengan segala perkembangannya membuat persaingan usaha BPW makin sengit. BPW konvensional, menurut dia, tidak hanya bersaing dengan BPW daring, tetapi juga BPW ilegal.
’’Sebenarnya kami oke-oke saja dengan masifnya biro perjalanan online asalkan persaingannya sehat,’’ tegas Arif kemarin (8/9). Yang menjadi masalah, lanjut dia, adalah BPW daring yang statusnya tidak jelas atau ilegal. Mereka hanya bermodal promosi lewat media sosial atau internet untuk menggaet konsumen. BPW daring ilegal menawarkan paket wisata dengan sangat murah karena tidak perlu membayar pajak. ’’Akibatnya apa? Persaingan harga tidak sehat. Itu tentu merugikan kami sebagai perusahaan travel yang taat bayar pajak dan taat aturan,’’ ujar Arif.
Dia berharap pemerintah membuat regulasi untuk memproteksi BPW konvensional dan BPW daring yang legal dari serangan BPW ilegal. Menurut Arif, jika hal tersebut terus-menerus dibiarkan, BPW resmi akan makin tergerus.
Di sisi lain, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) justru diuntungkan BPW daring yang kian marak. Khususnya yang terhubung dengan aplikasi penyedia penginapan. Ketua PHRI Jatim Herry Siswanto menyatakan bahwa okupansi hotel meningkat berkat aplikasi semacam itu. ’’Aplikasi itu sudah menjadi bagian dari sales and marketing kami untuk bekerja sama dengan banyak pihak,’’ katanya.
Herry mengungkapkan, BPW daring biasanya bekerja sama dengan hotel berbintang. ’’Harganya lebih murah daripada booking langsung di hotel sehingga masyarakat tertarik untuk staycation,’’ ungkapnya. Setiap bulan komposisi tamu yang memesan kamar hotel lewat aplikasi mencapai 55 persen. Sisanya memesan langsung di hotel. (car/c14/hep)