Cerita Tiga Guru Inisiator Perpustakaan Keliling

- Sabtu, 7 September 2019 | 12:54 WIB

Di daerah pelosok, perpustakaan keliling ibarat oase bagi anak-anak. Mereka berduyun-duyun mencari bacaan menarik. Kondisi itu menyemangati tiga guru di Tulang Bawang Barat, Lampung, untuk rajin berkeliling membawakan buku bacaan meski melewati daerah rawan kejahatan sekalipun.

 

AGUS DWI PRASETYO, Lampung, Jawa Pos

Setiap mendengar motor roda tiga itu datang berkeliling, Novrian Alfes Setiawan kegirangan. Seperti siang itu, dia bergegas menuju halaman Musala Al Muttaqien, Tiyuh (Desa) Candra Mukti, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung, tempat motor tersebut terparkir.

Dia mengamati buku-buku di rak dalam boks di belakang motor. Beberapa saat kemudian, bocah kelas IV Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Madani tersebut mengambil sebuah buku, lalu mencari tempat duduk. ”Novrian, gantian dong, aku juga pengin baca,” tegur seorang bocah. Novrian yang sedang asyik semakin mendekap erat buku berjudul Muhammad Teladanku: Perang Uhud itu. Dia enggan memberikan buku tersebut. Bocah 9 tahun tersebut malah bergegas berpindah tempat. Menjauh dari kawannya dengan air muka polos. Menggemaskan.

Sementara itu, di sekitar motor besar bermesin 150 cc tersebut, bocah-bocah makin berkerumun. Jumlahnya puluhan. Mereka berebut buku tersisa yang masih ada di rak dalam boks berukuran 1,5 x 1,5 meter itu. Makin lama, semakin banyak anak-anak mengerubungi sepeda motor. Buku di dalam rak itu cepat habis. Sebagian tidak kebagian. Mereka menunjukkan ekspresi kecewa.

Seorang pria menghampiri anak-anak yang tidak kebagian buku. Dia mengajak mereka ke Griya Baca Al Barokah, tak jauh dari situ. Di dalam rumah baca itu, buku-buku tersusun rapi di rak panjang. ”Bukunya masih ada, yang mau baca silakan ambil!” kata M. Imam Turmudzi, pria itu.

Keriuhan bocah-bocah tersebut adalah keceriaan karena bisa membaca buku-buku yang tidak ada di sekolah. Buku bergambar seperti komik Sirah Nabi paling digemari. Buku Siapakah Dokter Pertama di Dunia? juga jadi rebutan. ”Ada buku lain tentang pendidikan Islam dan sains juga,” kata Yayuk Tri Sugiarti, rekan Imam dalam mengurus perpustakaan keliling itu.

Sepeda motor tiga roda adalah perpustakaan portabel. Sudah dua tahun motor merek Viar bantuan pemerintah tersebut berkeliling ke banyak tempat di tiga kecamatan di Tulang Bawang Barat. Yakni, Tumijajar, Tulang Bawang Tengah, dan Tulang Bawang Udik. Tidak banyak kegiatan membaca semacam itu di wilayah pelosok Lampung tersebut. Kalaupun ada, lebih sering tidak aktif. Koleksi bukunya juga tidak lengkap. Kebanyakan tak sesuai kebutuhan anak-anak. ”Kalau kegiatan taman baca sudah jalan tiga tahun,” ujar Yayuk.

Di daerah lain, barangkali sudah banyak perpustakaan keliling semacam itu. Namun, di Tulang Bawang Barat bisa dihitung jari. Perpustakaan keliling dengan motor seperti barang langka di sana. ”Setiap pergi ke satu tempat, bisa 30-an anak yang datang,” terang Yayuk.

Motor itu memang bantuan pemerintah. Tapi, tidak dengan buku-buku yang selalu jadi rebutan anak-anak tersebut. Imam dan istrinya, Dian Iswandari, bersama Yayuk merogoh kocek pribadi untuk membeli buku. Tiga orang yang sama-sama berprofesi guru itu juga harus menanggung biaya operasional motor. Mulai membeli bahan bakar minyak (BBM) hingga perbaikan di bengkel bila rusak. Jika ditotal, sudah 300 buku yang mereka beli selama tiga tahun terakhir. ”Kami membeli buku baru yang sesuai usia SD dan TK,” kata Dian. ”Sebenarnya ada yang mendonasikan buku, tapi kebanyakan tidak sesuai usia,” tambah Yayuk.

Dengan motor itu, kegiatan baca dan kampanye literasi yang mereka rintis bisa menjamah berbagai tempat. Terutama daerah-daerah pelosok. Setiap saat mereka bisa pergi ke sekolah-sekolah yang kekurangan buku. Kemudian, datang ke taman pendidikan Alquran (TPA) atau taman-taman baca lain. Bahkan, bisa pula nongkrong di sekitar pasar tradisional, seperti di Pasar Pulung Kencana, Tulang Bawang Tengah.

”Kalau di pasar itu biasanya banyak anak-anak pedagang yang ikut orang tuanya menunggu lapak. Jadi, sambil menunggu, mereka baca-baca buku,” ucap Yayuk. ”Kadang orang tua juga ikut-ikutan baca,” imbuh perempuan yang juga jadi pengurus Forum Literasi Lampung Cabang Tulang Bawang Barat itu.

Imam dkk juga kerap menyisipi kegiatan lain tiap kali keliling. Mendongeng salah satunya. ”Anak-anak TK paling suka dengan dongeng karena mereka biasanya belum bisa baca,” jelas Yayuk.

Perpustakaan tersebut berkeliling setiap akhir pekan atau saat tanggal merah. Kadang juga beroperasi ketika mendapat undangan dari sekolah atau instansi tertentu. ”Biasanya sore pas pulang sekolah. Sekali keluar bisa 4 sampai 5 jam,” tutur Imam yang merupakan bapak satu anak itu.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X