PROKAL.CO, SAMARINDA - Akibat rusaknya alat pemantauan udara, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Kelas III Samarinda belum bisa mengetahui dampak kabut asap terhadap kondisi udara.
"Kerusakan alat ukur udara ini sejak Juni 2019 karena terendam banjir," kata salah satu staf BMKG Samarinda, Sutrisno, Jumat (6/9/2019) di kantornya kompleks eks Bandara Temindung Jl Gatot Subroto.
Dikatakan Sutrisno, kerusakan alat ukur udara ini sudah dilaporkannya ke kantor pusat BMKG dan tinggal menunggu dari pengadaan baru lagi alat ukurnya.
"Kami telah melaporkan kondisinya ke pusat," katanya.
Lebih lanjut, Sutrisno jelaskan saat ini kondisi udara Samarinda secara visual atau kasat mata terjadi kabut asap yang masih ringan.
"Kondisi udara Samarinda dari segi kesehatan, kami belum bisa memantau karena alat ukur rusak. Tetapi, jarak pandang sedikit terbatas atau ada sedikit kabut asap," ujar Sutrisno.
Adapun, kondisi kabut asap di sekitar Samarinda tak terlalu pekat akibat angin dari arah Tenggara ke Selatan. Sehingga, aman dari kabut asap kiriman daerah yang terbakar lahannya.
"Jika angin bertiup dari barat daya, kemungkinan tingkat pekat udara Samarinda memasuki area berbahaya," katanya.
Dari website BMKG yang dibuka Sutrisno, saat ini kondisi udara berbahaya terjadi di kota Sampit Kalimantan Tengah. Titik api yang terjadi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah menjadi penyebabnya.
"Titik api kebakaran lahan terjadi masih di Kalbar, Kalteng dan Kalsel. Sedangkan Kaltim, titik api banyak di Kabupaten Mahakam Ulu dan Kutai Barat," ujar Sutrisno. (mym)