Noviana Rejeki, SST
Statistisi BPS Kota Balikpapan
BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) Balikpapan di 2018 mencatat, terdapat 80,53 persen penduduk usia lima tahun ke atas yang menggunakan handphone. Sedangkan 61,08 persen sudah melakukan akses internet. Lebih spesifik lagi, penggunaan pada anak sebanyak 63,61 persen. Antaranya, anak usia 5-18 tahun yang menggunakan handphone, dan sebanyak 49,73 persen yang sudah memiliki perangkat sendiri.
Sementara itu, anak usia 5-18 tahun yang telah mengakses komputer, laptop, notebook, tablet adalah sebesar 30,54 persen. Pada kelompok yang lebih muda lagi, di Kota Minyak, anak dengan kelompok usia 5-10 tahun, terdapat 37,05 persen yang menggunakan telepon genggam dan 17 persen dari kelompok usia tersebut sudah memilikinya sendiri. Sedangkan dari segi akses internet, kelompok usia 5-10 tahun sebanyak 16,3 persen terdapat anak yang mengakses internet.
Penggunaan gawai pada anak dapat merangsang perkembangan kognitifnya. Dengan program edukatif yang merangsang kemampuan berpikir pada anak, sebut saja saat melakukan permainan puzzle. Permainan seperti ini dapat merangsang cara berpikir anak dalam memecahkan masalah.
Permainan di gawai juga dapat menstimulus daya kreativitas anak. Contohnya dalam aplikasi menggambar dan kreasi mewarnai. Di samping dapat mengenal berbagai jenis warna dalam mengembangkan kreasinya, mewarnai digital juga bisa menjadi terapi warna bagi anak, sehingga anak bisa lebih rileks.
Lebih jauh lagi, pada kelompok usia anak sekolah, penggunaan gawai dengan akses internet juga membantu dalam proses kegiatan belajarnya. Adanya jejaring sosial menciptakan peluang bagi anak untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan publik sehingga dapat memperluas pertemanan meski tidak bertatap muka langsung.
Akan tetapi, pakar kesehatan menjelaskan bahwa anak-anak bermain gawai maksimal 1-2 jam dalam sehari. Hal ini diharapkan dapat mengurangi kecanduan ataupun dampak negatif yang diakibatkan pemakaian gawai pada anak.
Dampak buruk pemakaian gawai yang berlebihan pada anak mengakibatkan terlambatnya tumbuh kembang otak, mental bahkan fisiknya. Malas berpikir, karena video yang diputar anak bersifat audiovisual. Anak hanya mengikuti gerakan-gerakannya saja, sehingga akan melemahkan otot kognitifnya.
Malas bergerak. Saat anak main gadget duduk tanpa ada kegiatan olah tubuh, yang seharusnya usia anak-anak masih perlu aktif bergerak, bermain bersama teman di luar rumah.
Hal yang tidak kalah membahayakan pada penggunaan gawai pada anak adalah bahaya radiasinya. Menurut Word Health Organization (WHO), ponsel dan gawai tanpa kabel lainnya dalam kategori risiko 2B (penyebab kanker). Karena radiasi emisi yang dikeluarkan dari alat tersebut. Anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi dibandingkan orang dewasa. Karena otak anak maupun sistem imunnya masih dalam keadaan berkembang.
Bimbingan maupun arahan secara teratur dari orangtua mengenai penggunaan gawai pada anak diperlukan. Semua peran orangtua dalam mengawasi anak-anaknya saat bermain gawai diharapkan dapat mengurangi dampak negatif yang dihasilkan dari perangkat teknologi tersebut. (rdh/k15)