Bahaya Flu Singapura, Menular dan Berisiko Komplikasi

- Rabu, 4 September 2019 | 15:29 WIB

SEIRING berjalannya waktu, ilmu pengetahuan berkembang cukup pesat. Namun, hal itu juga diikuti dengan pertumbuhan beberapa jenis kuman. Saat berbagai pengobatan mulai ditemukan, beberapa kuman menjadi lebih kebal. 

Hal itu menjadi berita buruk bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan dengan sistem imun yang masih berkembang. Sebab, menurut dr Sukartini SpA, tubuh anak belum mampu melawan penyakit baru secepat kuman yang cenderung berkembang dan memperbanyak diri. Sel kekebalan tubuh anak sering tidak dapat mengenal dan bereaksi dengan tepat.

Selain dermatitis atopik, kata dia, akhir-akhir ini beberapa pasien anak yang diperiksanya positif flu singapura. Termasuk penyakit berbahaya. Menular dan memerlukan perawatan khusus.

Jika kekebalan tubuh anak cukup kuat, biasanya hilang kurang lebih dua minggu. Tetapi, dalam kasus langka, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti meningitis, polio, hingga kematian.

“Flu singapura juga punya nama lain, hand, foot, and mouth disease (HFMD). Disebabkan berbagai jenis virus. Meski orang dewasa berisik, kebanyakan flu singapura menyerang balita,” jelasnya.

Penderita flu singapura bisa ditandai dengan munculnya bintil-bintil berair dan sariawan di dalam mulut, tangan, dan kaki. Bahkan, terkadang luka-luka tersebut muncul di siku, bokong, lutut, dan lipatan paha.

“Salah satu virus yang menyebabkan flu singapura adalah coxsackievirus A16. Virus itu hidup dalam cairan hidung dan tenggorokan, air ludah, tinja, serta cairan pada ruam kulit. Sangat mudah ditularkan ke orang lain melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau barang yang terkontaminasi oleh cairan tubuh penderita,” bebernya.

Nah, selain karena kondisi kekebalan tubuhnya belum sempurna, anak kurang memerhatikan higienis suatu barang. Termasuk Widyatami Kusdinar, ibu dari Nur Nabila Citra. Salah satu pasien penderita flu singapura.

“Jujur saya sendiri enggak tahu pasti kapan anak terkena flu singapura. Yang saya ingat, pertama kali timbul bercak merah di sekitar pipi dan hidung. Saya pikir itu merah alami dari bayi, tapi anehnya disertai luka seperti sariawan di bibir luar,” ungkap perempuan yang akrab disapa Widi itu.

Setelah melihat sariawan, Widi belum panik. Dia pikir itu hanya sariawan biasa, dia pun hanya memberi air mineral lebih agar tidak panas dalam. Singkat cerita, Widi khawatir saat melihat luka yang sama timbul di pipi. Merasa penasaran, dia akhirnya memeriksa bagian mulut anaknya yang dia panggil Ila. Sariawan memenuhi langit mulut sang buah hati.

“Pantas saja, kalau saya suapkan makanan, Ila selalu menangis. Sedih, khawatir jadi satu. Ila masih lima tahun tapi sakitnya separah ini. Tak jarang saya marah dengan diri sendiri karena kurang waswas,” ucapnya kemudian menghapus air mata.

Dokter pun memberi resep antinyeri, salep untuk ruam merah, serta nasihat untuk menu makanan yang aman dikonsumsi. Tak lupa, Widi pun mengimbau kepada semua orangtua agar lebih teliti dalam menjaga kebersihan anak. Serta mengajari anak cara menjaga kebersihan anggota tubuhnya sendiri. Hal itu penting dilakukan karena anak-anak di bawah usia 10 tahun rawan tertular flu singapura. (*/nul*/rdm2/k16)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X