Dagangan Politik Kesehatan Jelang Pilkada

- Rabu, 4 September 2019 | 12:41 WIB

Catatan:  dr. Ahmad Hadiwijaya,Sp.A.,M.Kes

Dokter Spesialis Anak RSUD Panglima Sebaya Paser, Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Paser.

 

Genderang kontestasi politik di Kabupaten Paser sepertinya mulai ditabuh menjelang setahun pemilihan kepala daerah pada 2020. Mulailah bermunculan mereka yang menyebut dirinya tokoh dan menjanjikan hal indah buat para pemilih dari berbagai latar belakang. Sektor kesehatan masih menjadi isu yang menarik selama proses kontestasi. Tak jarang kesehatan menjadi dagangan dan bualan para calon.

Beberapa hal yang mendukung pencapaian derajat kesehatan yang memadai kami paparkan disertai dengan beberapa penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan anak di Paser, beserta pemikiran solusi yang paling tidak bisa menjadi dasar diskursus yang lebih panjang dan berujung solusi.

Infrastruktur, Sarana, Prasarana dan SDM Kesehatan, Bumi Daya Taka memiliki wilayah yang lumayan luas, sehingga kita harus memiliki infrastrukur, sarana dan prasarana serta SDM yang mencukupi untuk menunjang tercapainya cita-cita sehat Paser. Beberapa daerah masih kesulitan dalam konteks akses ke tempat pelayanan kesehatan serta akses rujukan dari tempat pelayanan dasar ke RS, hal ini dapat kita temukan diwilayah pulau, pesisir dan pedalaman. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehataan , peningkatan mutu SDM dan kerjasama lintas sektor yang bermutu dapat mendukung pemantapan peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif .

Memotong siklus tahunan DBD, Memotong siklus DBD yang terjadi rutin setiap tahun dengan pola yang sama harus dilakukan. Program pemberantasan nyamuk demam berdarah yang selama ini umum kita ketahui harus dilakukan berkesinambungan dengan pemerintah sebagai leader. Mengikuti langkah pemberantasan nyamuk DBD seperti penyebaran nyamuk ber- Wolbachia dapat kita uji coba sebagaimana dilakukan beberapa daerah lain. Fogging harus dilakukan secara berkesinambungan mengikuti pola penyakit yang telah terjadi ditahun sebelumnya dan berbasis swadaya masyarakat.

Diare dan Pneumonia, Diare dapat berujung pada dehidrasi dapat ditekan dengan kampanye cuci tangan. Mengevaluasi warung dan jajanan sekolah serta sekitar sekolah harus diprogramkan rutin.

Pneumonia adalah penyakit radang paru yang dapat mengakibatkan sesak nafas dan dapat berujung kematian. Rokok adalah salah satu faktor predisposisi penyakit ini. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya asap rokok dan penegakan aturan larangan merokok ditempat umum dan tempat banyak anak-anak dapat membantu mengurangi penyakit ini.

 Gizi Buruk dan Stunting, Dua hal ini adalah masalah gizi nasional yang  banyak diperbincangkan saat ini, agar anak-anak indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

Masalah stunting secara langsung dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, pola asuh yang kurang baik terutaman pada aspek perilaku dan praktek pemberian makanan bagi bayi dan balita. Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih adalah hal lain yang berpengaruh. Langkah proaktif dan kerjasama lintas sektor harus dilakukan untuk mengatasi hal ini. Penanganan gizi buruk harus dilakukan secara standar menurut prosedur tetap penanganan gizi buruk yang telah diatur oleh WHO. 

Anemia pada anak, Anemia (kurang darah)  pada anak adalah masalah kesehatan lain yang banyak ditemukan dan umumnya karena difisiensi Zat Besi sehingga disebut Anemia Defisiensi Besi (ADB).

ADB dapat meliputi gangguan sistem kardiovaskuler, sistem imun, gangguan perkembangan, psikomotor serta kognitif. Pemberian makanan yang bergizi seimbang pada anak adalah bagian terpenting dalam hal ini. Membuat program Skrining anemia untuk semua anak SD dalam wilayah Kabupaten Tana Paser adalah awal yang tepat untuk selanjutnya melakukan langkah pengobatan dan pencegahan agar tercipta generasi penerus yang handal dan berdaya saing. 

Kelahiran Asfiksia dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Dua keadaan ini adalah yang terbanyak menyebabkan kematian pada bayi. Asfiksia adalah keadaan bayi lahir tidak dapat segera bernafas atau menangis sehingga dapat menyebabkan kematian, sedangkan BBLR adalah bayi yang lahir dengan BB kurang dari 2500 gram dengan banyak risiko.

Dua keadaan ini dapat dicegah dengan edukasi ibu hamil agar melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) secara teratur, makanan bergizi seimbang selama hamil, dan melahirkan ditempat pelayanan kesehatan. Mendata ibu hamil kemudian melakukan pendampingan sampai kelahiran bayi secara sehat harus dilakukan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X