Perang Dagang Memanas, Rupiah Kian Lemah

- Rabu, 4 September 2019 | 12:08 WIB

JAKARTA- Memanasnya perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) membuat nilai tukar rupiah melemah. Pada perdagangan kemarin (3/9), uang garuda menyentuh level Rp 14.228 per dolar Amerika Serikat (USD). Posisi tersebut melemah 0,24 persen dibanding penutupan Senin (2/9) di level Rp 14.194 per USD.

Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp 14.217 per dolar AS atau melemah dibanding kemarin di angka Rp 14.190 per USD. Kemarin, mayoritas mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, yuan Tiongkok melemah 0,09 persen, baht Thailand melemah 0,15 persen, dan dolar Singapura melemah 0,16 persen.

Kemudian, peso Filipina melemah 0,31 persen, ringgit Malaysia melemah 0,38 persen, won Korea Selatan melemah 0,41 persen, dan rupee India melemah 1,21 persen. Di sisi lain, hanya yen Jepang saja yang menguat terhadap dolar AS, yakni 0,17 persen.

Mata uang negara maju juga melemah terhadap dolar AS, seperti euro sebesar 0,19 persen dan poundsterling Inggris sebesar 0,35 persen. Sementara itu, dolar Australia menguat 0,15 persen terhadap dolar AS.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah hari ini masih disebabkan perang dagang antara AS dan Tiongkok. Per 1 September 2019, AS mulai mengenakan tarif 15 persen terhadap impor Tiongkok. Hal itu pun kemudian dibalas Tiongkok dengan mengenakan tarif balasan.

Hanya, Tiongkok kemudian menggugat AS ke World Trade Organization (WTO) atas tarif AS. Gugatan tersebut adalah laporan ketiga yang diajukan Tiongkok untuk menantang tarif khusus AS di WTO, organisasi internasional yang membatasi tarif yang diizinkan untuk dibebankan masing-masing negara.

Tiongkok memang tidak merinci gugatan tersebut. Namun, tarif AS yang memengaruhi impor mereka senilai USD 300 miliar melanggar konsensus yang dicapai para pemimpin Tiongkok dan AS dalam pertemuan di Osaka, Jepang. "Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan dalam pernyataan itu bahwa mereka akan mempertahankan hak-hak hukumnya sesuai aturan WTO," jelas Ibrahim, Selasa (3/9).

Lebih lanjut, fokus pelaku pasar juga tertuju pada Inggris, di mana parlemen Inggris bersiap memberikan suara tahap pertama untuk memblokir Perdana Menteri Boris Johnson dari no-deal Brexit. No-deal Brexit adalah proses cerainya Inggris dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa pun.

"Oposisi Johnson akan mengajukan pemungutan suara agar memungkinkan mereka mengambil alih agenda parlemen pada hari Rabu. Mereka mencoba mengesahkan undang-undang yang memaksa Johnson untuk mencari penundaan tiga bulan untuk keluar dari Uni Eropa," tutur dia. (cnn/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X