Dianggap Mengganggu Ekologi, Turap Bukan Solusi Ideal

- Sabtu, 31 Agustus 2019 | 13:16 WIB

SAMARINDAPengerukan sedimentasi diperlukan agar tubuh sungai tidak terus mendangkal. Lekuk Sungai Karang Mumus (SKM) berbentuk aksara S dari sisi Gang Nibung, Jalan dr Sutomo, hingga Jembatan Perniagaan jadi lokasi pendangkalan tertinggi. Air berlebih yang tidak mampu tertampung ketika musim hujan tiba pun ajek turun ke jalan.

Langkah pemkot untuk menurap bibir sungai di kawasan itu dinilai Misman, aktivis lingkungan Kota Tepian sangat tidak efektif. “Buat apa mengaramkan duit untuk bangun semen (penurapan),” sebutnya ketika ditemui awak media ini di Pangkalan Pungut di Jalan Muso Salim, (29/8).

Menurut dia, untuk merawat SKM serta semua sungai se-Samarinda, turap bukanlah sebuah solusi ideal. Tersedianya mintakat riparian atau zonasi peralihan sungai dan daratan yang diisi tumbuhan hidrofilik jelas lebih baik dengan ongkos yang tidak besar. Kehadiran vegetasi ini akan membawa efek positif bagi kehidupan di sekitar sungai.

Kehadiran turap, sebut dia, justru bakal membuat kualitas material yang menyatu di sungai tidak terkawal. “Setiap kanal kan pasti bermuara ke sungai, mayoritas isinya residu rumah tangga, ada juga endapan lumpur. Vegetasi riparian ini jadi filter sehingga air sungai bisa lebih berkualitas,” ulas pria penggagas Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) di Samarinda ini.

Menganggap SKM serta sungai lain di Samarinda sebagai salah satu penyebab banjir jelas sebuah argumen yang salah kaprah. Menurut dia, banjir di Samarinda disebabkan hilangnya kolam retensi alami di dekat badan sungai. Selain permukiman, pembangunan lain di Samarinda memang lebih banyak menjorok ke arah sungai. “Pematangan lahan membuat rawa hilang. Fungsinya (rawa) kan sebagai retensi ketika intensitas hujan berlebih. Ketika kemarau air pun tak melulu masuk ke sungai,” paparnya.

Jelas saja, kata dia, banjir jadi tontonan warga Kota Tepian ketika musim hujan tiba. Retensi alami hilang dan diganti retensi buatan yang notabene memiliki kapasitas beban. “Sudah diberkahi yang alami dengan daya tampung dan daya dukung lebih mumpuni. Malah bikin yang daya tahannya berbatas,” sebutnya.

Pendangkalan tubuh SKM muncul dari pelbagai hal, perlu banyak solusi agar bengawan ini tidak kian meringkih. Mengeduk sedimen jadi jangka pendek dan menurap bibir sungai bukan pula solusi menyelesaikan persoalan SKM. (*/zaa/*/ryu/dns/k8)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X