Ini Tips Agar Anak Tak Kecanduan Gadget

- Sabtu, 31 Agustus 2019 | 09:38 WIB

Saat ini, fenomena penggunaan gawai oleh anak-anak tidak bisa dibendung. Saking masif dan berbahaya, sampai-sampai Badan Kesehatan Dunia (WHO), menetapkan kecanduan game menjadi bagian dari gangguan mental. Tentu, orang tua punya tugas ekstra mencegah, jangan sampai hal itu terjadi pada anaknya.

 

YUYUN ERMA KUTARI, Mataram

 

Angin sepoi-sepoi berhembus. Satu per satu daun mangga lepas dari tangkainya. Berjatuhan memenuhi halaman Gedung Kantor RSJ Mutiara Sukma. Di atas gazebo koran ini bersama Psikolog Klinis Nalurita Palupi berbincang hangat. Mengenai apa yang selalu dikhawatirkan orang tua zaman now. Anak-anak kecanduan gawai.

Di setiap perubahan zaman, tentu ada tantangannya masing-masing. Begitu juga bagi orang tua. Nalurita mengatakan, fenomena kecanduan gawai memang telah menjadi perhatian khusus semua pihak. Bila tidak segera dihentikan, maka berdampak pada gangguan perilaku anak.

Sepanjang 2019, sudah lebih dari 20 orang tua di Kota Mataram yang melakukan konsultasi. Gangguan perilaku yang terdiagnosa paling banyak adalah tantrum atau mudah marah.

“Penyebabnya karena kecanduan gawai tadi, kita pernah mengetes anak dengan memberi gawai, lalu saat mengambilnya kembali, mereka jadi marah ya ngamuklah,” jelas Narulita.

Ini harus menjadi warning bagi orang tua. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan bila sudah kecanduan. Di antaranya bisa mengurangi interaksi dengan orang-orang sekitar. Karena anak akan fokus pada dunia gawainya saja. Secara tidak langsung, akan membentuk gangguan kepribadian antisosial, terlebih lagi komunikasi dengan keluarga menjadi lebih berkurang.

Karena antisosial, akan berdampak pada kurangnya aktivitas fisik. Pada usia anak-anak, latihan motorik dasar seperti loncat maupun lari sangat diperlukan, namun karena kecanduan gawai, maka semua aktivitas tersebut membuat fisiknya menjadi kurang bergerak. Sehingga anak akan memiliki sifat malas, dan egois (egosentris). Dan yang paling memprihatinkan, anak-anak menjadi tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan berkurang rasa empati. “Ini sangat berbahaya,” tegasnya.

Ada pola konsumtif yang dialami anak-anak. Misalnya bermain game yang menggunakan pembayaran, atau adanya godaan untuk selalu memperbarui gawai kekinian. Dengan fitur yang lebih canggih.

Lebih dari itu, Narulita menegaskan, ada yang lebih parah adalah anak-anak gangguan konsentrasi. Kecanduan gawai akan membuat anak-anak senang untuk berimajinasi tentang game yang dimainkan.

Bila sudah begini, anak-anak bisa terindikasi gejala gangguan mental. Mulai dari meningkatnya rasa cemas, depresi, bipolar, stres bila tidak mengakses gawainya.

“Aduh gimana ya nasib game-ku, aduh ini itu pokoknya kalau kayak ini, siap-siap orang tua harus aware dan harus menaruh perhatian,” ujarnya.

Bila sudah terjadi, maka orang tua harus berkonsultasi pada ahli. Narulita menegaskan, jangan malu melakukan konsultasi. Tidak bisa dipungkiri, pola pikir masyarakat saat ini tidak bisa dicegah. Bila konsultasi, sudah dianggap gangguan jiwa. Padahal tidak seperti itu.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X