Kasus Debu Digiring ke Pusat

- Senin, 26 Agustus 2019 | 11:23 WIB

Persoalan debu di SMP 2 Loa Kulu ternyata sudah lama dikeluhkan pihak sekolah. Mereka berharap, penyelesaiannya tidak sebatas kompensasi uang.

 

TENGGARONG - Debu di SMP 2 Loa Kulu yang diduga dampak aktivitas perusahaan tambang batu bara sudah lama dikeluhkan pihak sekolah. Kepala Sekolah SMP 2 Loa Kulu Muhtar mengatakan, pihaknya berharap penyelesaian kasus tersebut tak sebatas kompensasi uang.

 Muhtar menyebut, sejumlah pihak perusahaan serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kukar sudah mendatangi sekolah mereka. Hanya, hingga kemarin, belum ada kepastian terkait langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Debu yang melanda sekolah mereka kian tebal.

Misalnya pada Juli lalu, saat tidak hujan, serangan debu semakin terasa. Meski tak langsung berdampak pada kesehatan warga, dia mengkhawatirkan debu tambang tersebut akan merusak kesehatan siswa dalam jangka panjang.

Dia meminta pihak yang bertanggung jawab agar tidak membeli kesehatan siswa dengan memberikan kompensasi berupa uang. “Saya tidak mau tahu dibayar berapa atau ada kompensasi. Kami hanya ingin debu tidak masuk lagi ke sekolah kami. Jangan sampai nanti kalau sudah semakin mencuat dan seperti kasus 2012, akhirnya perusahaan rugi miliaran rupiah karena distop operasinya,” ungkapnya.

Dia pun mengaku pasrah jika akibat menyuarakan kepentingan para siswa, jabatannya harus dicopot. Lantaran, kata dia, saat ini mengaku prihatin dengan para siswa. “Harusnya kan ada jaring yang dipasang agar debu tidak lagi ke sekolah-sekolah. Namun, ternyata sampai sekarang entah kenapa masih juga ada,” tambahnya. 

Sementara itu, anggota DPRD Kukar Andi Faisal ikut bereaksi atas peristiwa debu yang menyerang SMP 2 Loa Kulu. Dia berjanji akan menindaklanjuti dengan meminta klarifikasi perusahaan dan instansi terkait.

“Kami akan mendatangi pihak perusahaan nantinya. DPRD juga sudah menyurati kementerian untuk menindaklanjuti. Sebab, sudah banyak fasilitas publik yang diserang aktivitas tambang. Salah satunya SMP 2 Loa Kulu tersebut,” tambahnya.

Diwartakan sebelumnya, aktivitas belajar-mengajar di SMP 2 di Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, harus terganggu kembali. Kompleks sekolah lagi-lagi diserang debu yang diduga akibat aktivitas tambang. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kukar dan DPRD Kukar pun turun tangan menyikapi hal tersebut.

Debu tambang di SMP 2 Loa Kulu membuat para siswa dan guru setiap pagi harus menyapu lantai. Kumpulan debu berwarna hitam yang berkumpul di lantai sekolah semakin memperkuat jika debu tersebut disinyalir dari aktivitas tambang batu bara.

Kasus ini bukan yang pertama melanda SMP 2 Loa Kulu. Pada  2012 dua perusahaan yakni PT Bara Kumala Sakti (BKS) dan PT Asta Minindo diberikan sanksi pembekuan izin lantaran menjadi biang timbulnya debu di SMP 2 Loa Kulu.

Jadi, pemkab membekukan sementara kegiatan perusahaan, juga menginstruksikan pihak perusahaan melakukan penataan lingkungan sesuai prosedur. (qi/kri/k16)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X