Tradisi Mulai Punah, Begasing Kembali Hidup

- Sabtu, 24 Agustus 2019 | 10:22 WIB

SANGATTA–Permainan gasing ini jaya pada eranya. Bahkan, pada masanya, gasing sulit dipisahkan dari keseharian warga Kutai. Dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa masih meminati aneka jenis permainan tradisional yang telah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lampau itu. Permainan adu ketangkasan memutar gasing ini pun menjadi salah satu tontonan menarik minat masyarakat.

Begasing merupakan permainan yang dilakukan menggunakan alat berupa gasing dan tali penarik. Gasing merupakan sebongkah kayu berbentuk lonjong (simetris radial) dengan diameter sekira 10–15 sentimeter. Tinggi sebuah gasing sekira 15–20 sentimeter dengan salah satu ujung dibuat lancip dan memiliki permukaan yang licin. Pada ujungnya, dipasang bahan logam sebagai poros putaran yang biasanya menggunakan paku.

Sementara itu, tali penarik yang digunakan berdiameter sekira 0,5 sentimeter dengan panjang 1–1,5 meter. Tali ini dililitkan ke gasing dengan bagian ujung tali dikaitkan ke jari sang pemain. Gasing kemudian dilemparkan ke bawah seperti membanting sesuatu sehingga tali yang melilitnya membuat gasing tersebut berputar. Sebuah gasing dapat berputar kurang lebih 2–5 menit.

Salah satu pemantik permainan zaman dulu ini bernama Muzhaf (23). Putra kelahiran Bamba, 9 Desember 1996, ini sangat beriktikad mengenalkan kembali permainan tersebut pada anak sebagai generasi penerus. Dia berusaha menyingkirkan paradigma kelam tentang nama Kampung Kajang. Jadi, seluruh kemampuan edukasi yang dimilikinya, dia susupkan pada anak di lingkungannya.

"Kegiatan ini merupakan kali pertama diadakan, kebetulan juga pas dengan HUT RI. Karena mulai punah, makanya saya kenalkan lagi ke anak-anak sekitar Kampung Kajang. Saya dari umur tiga tahun sudah tinggal di sini. Saya berusaha meyakinkan pada Kutai Timur tidak semua kegiatan di kampung saya buruk, tetapi masih ada hal positifnya," kata dia saat dikonfirmasi, Jumat (23/8).

Berkat pengenalan tersebut, sejumlah anak-anak memiliki minat untuk melestarikannya. Ketertarikan itu terlahir dari kebiasaan Muzhaf mengajarkan begasing sejak dua bulan belakangan.

"Kalau peminatnya sendiri sangat banyak, hampir rata-rata anak kecil dan remaja seusia SD, SMP, dan SMK tertarik permainan ini," ujarnya.

Menurut dia, bisa atau tidak, dia merasa begasing sangat dinikmati oleh pemainnya. Dengan minat tinggi itu, setiap anak berupaya membuat gasing masing-masing. Ada yang meminta dibuatkan orangtuanya, ada yang memesan pada perajin. Ulin atau banggeris, kayu khas Kalimantan ini menjadi bahan baku terbaik yang dipilih. Selain karena kekuatan dan kekerasannya, tapi juga karena serat yang pas.

"Biasanya anak-anak dari luar Kampung Kajang yang kebetulan main di lingkungan kami sering bingung, karena mungkin mereka jarang melihat permainan ini. Saya berharap, selain gasing, permainan lain bisa saya rambah dan dikenalkan ke ranah yang lebih luas agar tetap terjaga hingga masa mendatang," tutupnya. (*/la/ypl/k8)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X