TANJUNG REDEB–Kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), tidak semata menjadi penyebab menurunnya kualitas udara di Bumi Batiwakkal–sebutan Kabupaten Berau. Namun, terus meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, juga memberikan kontribusi penurunan kualitas udara di daerah itu.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau Sujadi mengatakan, angka polusi udara di Berau terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebab, dari data pemantauan kualitas udara ambien dengan metode passive sampler, kualitas udara di Berau mengalami penurunan dari tahun 2017 ke 2018.
“Untuk data, kami hanya memiliki dari tahun 2017 hingga 2018, karena kami tidak bisa melakukan pengecekan per harinya,” ucap dia.
Pasalnya, DLHK belum memiliki alat untuk pendeteksi polusi udara. “Harga alatnya lumayan mahal. Tapi alat itu memang sangat berguna untuk bisa melihat langsung apakah polusi itu berbahaya atau tidak bagi manusia,” katanya.
Bahkan, menurut Sujadi, bukan karena karhutla dan pertumbuhan kendaraan bermotor saja. Tapi pertumbuhan industri dan permukiman, termasuk perkantoran, juga berkontribusi meningkatkan polusi udara di Berau.
Walau demikian, Sujadi menyebut, Kabupaten Berau masih tergolong tempat yang aman dari polusi udara yang berlebih. “Karena masih banyak pepohonan di sekeliling kita,” ucapnya. (*/aky/udi/kpg/kri/k8)