Visual Gereget Pemain Film Bumi Manusia

- Jumat, 23 Agustus 2019 | 11:02 WIB

’’Mas, kita pernah berbahagia bersama, kenang itu saja. Jangan yang lain,’’ begitu salah satu potongan kalimat Annelies Mellema yang diperankan Mawar de Jongh dalam Bumi Manusia. Gimana? Sudah meleleh belum? Awas, baper!

 

 

DULU, di era sebelum Indonesia merdeka, novel Bumi Manusia dibaca secara sembunyi-sembunyi. Kini penikmat sastra bisa bebas mengeksplorasinya hingga dalam bentuk lain, film.

Berdurasi tiga jam, film Bumi Manusia menyuguhkan dinamika kisah cinta Minke (Iqbaal Ramadhan) dan Annelies. Gemas, imut, dan manis. Keduanya menunjukkan proses memperjuangkan cinta yang berbeda ras, suku, hingga bangsa.

Cerita dimulai ketika Robert Suurhof (Jerome Kurniawan) mengajak Minke untuk bertemu dengan Annelies. Pertemuan Minke dan Annelies berujung cinta yang merekah.

Hanung menjahit scene demi scene dengan baik. Long maupun short shoot begitu tajam dilakukan. Sementara itu, penggambaran kondisi mengenai masyarakat Indonesia di zaman penjajahan Belanda dihidupkan dengan kuat oleh suami Zaskia Adya Mecca tersebut.

Nah, menghidupkan suasana 1890–1904 ketika Bumi Manusia terjadi itulah yang diakui Hanung sebagai tantangan terbesar. Sebab, dia harus berpacu dengan waktu. ’’Membangun kota (sebagai set syuting, Red) itu butuh waktu setidaknya dua tahun,’’ ujarnya kepada Jawa Pos di Hotel Majapahit Surabaya pada 9 Agustus lalu. Sedangkan, syuting juga tidak mungkin dilakukan di lokasi asli.

’’Kan enggak mungkin kami syuting di Wonokromo asli karena sekarang sudah padat banget. Sementara Wonokromo zaman dulu masih berupa ladang yang sangat luas,’’ kata Hanung.

Karena tidak memiliki waktu sebanyak itu, Hanung mengakali dengan membuat beberapa sudut semaksimal-maksimalnya. ’’Sudut belakang kami touch-up dengan animasi, tapi kekurangannya adalah shoot pun enggak bisa lebar. Jadi pengambilan gambar lebih close-up,’’ jelasnya.

Soal ambience, Hanung mengaku melakukan riset sejak film Sang Pencerah (2010) yang berlatar belakang 1820–1912. ’’Secara riset, enggak ada persoalan, tinggal gimana pengaplikasiannya,’’ urainya.

Tokoh lain yang tak kalah menarik adalah Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti). Nyai Ontosoroh memegang kendali cerita yang tidak kalah penting dari Minke dan Annelies. Aksen bahasa Jawa dan Belanda terdengar lancar diucapkannya.

’’Aku acungi jempol banget ini buat Mas Hanung Bramantyo. Aku berurai mata dan aku suka semua tokoh Bumi Manusia,’’ kata Fedi Nuril saat ditemui di gala premiere khusus artis di XXI Epicentrum Kuningan pada 12 Agustus lalu.

Dia menilai, dramatisasi Minke dan Annelies sukses diwujudkan ke visual yang keren. Bahkan, menurut dia, durasi tiga jam tidak terasa karena setiap scene bak roller coaster.

Lantas, apakah tidak ada poin yang kurang dari film Bumi Manusia? Dari 500 halaman novel karya Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia diracik dan dialihwahanakan Hanung ke layar lebar. Wajar jika ada scene kritik. Beberapa bagian cerita ada yang kurang penjelasan. Salah satunya, saat scene di Stasiun Bodjonegoro. (sam/adn/c22/nda)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X