Ketergantungan Kaltim terhadap sumber daya alam (SDA) harus segera diakhiri. Jika terlalu lama terlena, perekonomian Bumi Etam dalam jangka panjang bakal terpuruk.
BALIKPAPAN - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, secara historis negara yang kaya SDA memang tidak bisa lepas dari kutukan (karma). Banyak negara SDA yang pada ujungnya berakhir miskin. Contohnya saat harga batu bara anjlok, ekonomi Kaltim minus dan baru-baru ini Papua, kondisi ekonominya anjlok.
“Paling gampang Timur Tengah. Libya kurang apa soal produksi minyak. Tapi sekarang nggak jelas,” jelasnya saat kunjungannya di Balikpapan awal pekan ini. Tak hanya Libya, Venezuela saat ini juga tengah mengalami krisis ekonomi yang membuatnya hampir kolaps.
Negara di kawasan Amerika Selatan itu, secara ekonomi mengalami kegagalan luar biasa. Negara dengan cadangan minyak bumi terbesar mengalahkan Arab Saudi kini dilanda inflasi hingga ribuan persen. Banyak warga negaranya hengkang dan lari ke Kolombia ataupun Brasil.
“Karena salah urus dan terlalu terbuai dengan sumber daya alam. Kalau terbuai, teknologi itu bergerak makin cepat. Teknologi apapun bentuknya akan cepat menggantikan SDA. Kalau dulu mobil butuh BBM, sekarang sudah ada mobil listrik. Nggak perlu minyak dan pom bensin lagi. Harga minyak bisa jatuh begitu juga negara yang tidak pintar,” imbuhnya.
Selain itu, Bambang memaparkan Kalimantan perlu mengubah strategi orientasi pembangunan selama 5 tahun mendatang. Berdasarkan statistik Bappenas, tren pertumbuhan ekonomi cenderung melambat. Secara nasional, ekonomi Indonesia periode (1968-1979) pernah mencapai 7,5 persen, selanjutnya 6,4 persen menjelang krisis tahun 98 turun lagi 4,3 persen saat mengalami komoditi booming.
“Grafik itu memberikan pelajaran kepada Kalimantan. Ketika ekonomi tumbuh 5,3 persen itu saat harga batu bara dan minyak bumi mengalami puncaknya. Kenapa justru sebelumnya bisa tumbuh 6,4 persen karena tidak terlalu bertumpu SDA, memang ada minyak tapi periode itu yang dominan adalah industri manufaktur padat karya,” tuturnya.
Kepala BPS Balikpapan Achmad Zaini mengatakan, Balikpapan atau Kaltim masih memiliki ketergantungan dengan sektor migas dan batu bara sangat tinggi. SDA sangat mendominasi. Bahkan dari pertumbuhan ekonomi sumbangsih dari SDA sangat tinggi.
“Kalau kondisinya turun, imbas kepada pertumbuhan ekonomi sangat besar. Bahkan, ketika sektor lainnya seperti pertanian tumbuh tetap tidak bisa menopang pertumbuhan. Memang perlu sektor baru yang dikembangkan. Saat ini masih sektor perkebunan, perdagangan dan pertanian yang tumbuh cukup baik. Cuma secara pangsa pertambangan lebih dari 30 persen mendominasi PDRB,” tutupnya. (aji/ndu/k15)