Indonesia Masih Lumayan, di Negara Tetangga Ini Antrean Haji Tembus 121 Tahun

- Kamis, 22 Agustus 2019 | 12:08 WIB

Untuk bisa mendaftar haji di Malaysia, umat muslim harus menyetor uang muka 1.300 ringgit atau sekitar Rp 4,4 juta. Sementara itu, masyarakat yang sudah berhaji tidak boleh mendaftar haji lagi.

 

Laporan M Hilmi Setiawan dari Makkah

 

MAKKAH– Saat ini rata-rata antrean haji di Indonesia mencapai 20 tahun. Namun ternyata di Malaysia, antreannya lebih panjang lagi. Masa tunggu berhaji di negeri jiran itu mencapai 121 tahun. Keterangan tersebut disampaikan Ketua Rombongan Haji Malaysia 1440 H Dato Sri Syed Saleh Abdul Rahman ketika bertemu dengan panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) Arab Saudi di Makkah Selasa malam (20/8). Dia menjelaskan kuota haji Malaysia sebesar 32.200 orang.

Dia mengungkapkan, saat ini ada sekitar 3 juta orang Malaysia yang masuk antrean berhaji. ’’Yang baru daftar sekarang, 121 tahun menunggu,’’ katanya. Dato Sri Syed Saleh menjelaskan, mereka menggunakan sistem first come first serve. Siapa yang mendaftar lebih dahulu, maka diberangkatkan lebih awal. Jamaah haji Malaysia yang berhaji tahun ini, rata-rata sudah menunggu 12 tahun. Dia menjelaskan terjadi peningkatan tren jumlah pendaftar haji di Tabung Haji Malaysia setelah 2008.

Saat ini rata-rata ada seribu orang mendaftar haji dalam sehari di Malaysia. Dia mengungkapkan aturan terbaru di Malaysia. Masyarakat yang sudah berhaji tidak boleh mendaftar haji lagi. Pada aturan yang sebelumnya, orang yang pernah berhaji diperbolehkan daftar kembali. Tetapi harus menunggu lima tahun dari keberangkatan haji sebelumnya. Dato Sri Syed Saleh menjelaskan, urusan haji di Malaysia ditangani Tabung Haji. Bahkan petugas yang diberangkatkan ke Arab Saudi adalah petugas Tabung Haji. Sedangkan untuk petugas kesehatan direkrut dari Kementerian Kesehatan Malaysia.

Di Malaysia penduduk baru lahir sudah diperbolehkan membuka akun di Tabung Haji. Dengan biaya pembukaan rekening 2 ringgit atau sekitar Rp 6.817. Sementara untuk bisa mendaftar haji di Malaysia, ’’nasabah’’ Tabung Haji harus menyetor uang muka 1.300 ringgit atau sekitar Rp 4,4 juta. ’’Biaya haji di Malaysia tetap sejak 2009,’’ katanya. Besaran biaya haji yang diselenggarakan Tabung Haji adalah 9.980 ringgit (Rp 34 jutaan). Sebenarnya biaya riil haji di Malaysia adalah 22.900 ringgit (Rp 78 juta). Namun jamaah mendapatkan subsidi sebesar 12.920 ringgit (Rp 44 jutaan). Dana subsidi tersebut diambil dari kegiatan bisnis yang dijalankan Tabung Haji.

Biaya riil yang dibayar jamaah haji Malaysia hampir sama dengan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2019. Tahun ini rata-rata jamaah haji Indonesia membayar BPIH Rp 35 juta per orang. Besaran BPIH itu bervariasi di setiap embarkasi. Sementara di Malaysia titik penerbangan menuju Arab Saudi hanya dari Kuala Lumpur saja. Di ujung pertemuan yang diselingi makan bihun goreng itu, Dato Sri Syed Saleh mengatakan kekagumannya dengan pelayanan haji Indonesia. Dengan kuota jamaah yang mencapai 231 ribu orang, pengaturannya bisa rapi dan sistematik.

Dia juga mengakui bahwa pengaturan jamaah Indonesia adalah yang terbaik. ’’Bukan hanya dari pengendalian. Tetapi juga jamaahnya disiplin, teratur, dan tidak menimbulkan perkara-perkara yang tidak diinginkan,’’ jelasnya. Sementara itu, jamaah haji Indonesia mulai kemarin (21/8) pagi diberangkatkan menuju Madinah. Mereka adalah jamaah haji gelombang pertama yang sebelumnya mendarat di Jeddah. Pada hari pertama ada 14 kloter yang diberangkatkan menuju Madinah. Selama delapan sampai sembilan hari mereka berada di Madinah untuk menjalankan ibadah salat Arbain. Atau salat 40 waktu berturut-turut di Madinah.

Rombongan pertama yang menuju Madinah adalah jamaah kloter SUB-41 asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Mereka dilepas menuju Madinah menggunakan sepuluh bus dari Hotel Arkan Bakkah di kawasan Mabhasjin. Proses pelepasan ini dipimpin Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Nizar Ali. Dia mengingatkan supaya jamaah haji bisa menjaga kesehatan selama berada di Madinah. Dia juga mengatakan kondisi di Masjid Nabawi masih cenderung ramai. Meskipun tidak seramai ketika sebelum puncak haji.

’’Memilih waktu ketika ingin berdoa di Raudah,’’ tuturnya. Menurut Nizar, jam-jam selepas salat wajib Raudah cukup ramai. (jpg/riz/k15)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X