Mangku Sitepoe, Dokter Bertarif Sepuluh Ribu Rupiah

- Rabu, 21 Agustus 2019 | 12:04 WIB

Pada September nanti, Dokter Mangku genap berusia 84 tahun. Semangatnya masih sama seperti masa muda dulu. Mengabdikan diri tanpa peduli angka-angka. Menjadi dokter dengan bayaran Rp 10 ribu.

 

SAHRUL YUNIZAR, Jakarta, Jawa Pos

 

Lima hari dalam seminggu Dokter Mangku tidak bisa diganggu. Dia sudah punya jadwal tetap. Bertemu dengan ratusan pasiennya.

Setiap Rabu dan Sabtu dia praktik di Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan Santo Tarsisius yang terletak di Jalan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pada Kamis, Jumat, dan Minggu, giliran dia bertugas di klinik Gereja Santo Yohanes Penginjil di bilangan Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Saat ditemui, dokter yang bernama lengkap Mangku Sitepoe itu baru turun dari angkutan umum yang sudah jadi langganannya. Jarum jam menunjuk pukul 13.00 pada Rabu pekan lalu (14/8). Hari itu giliran dia praktik di Kebayoran Lama. Dari rumahnya di Kebon Nanas, klinik tidak terlalu jauh. Cukup berjalan kaki seperempat jam, sudah sampai. Hanya, fisik yang tidak sekuat dulu memaksa Mangku naik mikrolet.

Tahu kedatangan Jawa Pos untuk menulis kisahnya, Dokter Mangku langsung mengajak masuk klinik yang berdiri di atas lahan 7 ribu meter persegi itu. Sebuah bangunan tua, bekas pabrik tegel yang telah disulap menjadi tempat berobat. ’’Kalau pasien baru, harus periksa semua. Dari kepala sampai kaki,’’ katanya sambil meletakkan tas jinjingnya.

Tangan dokter sepuh yang mulai gemetar itu mengeluarkan jas dokter. Setelah mengenakannya dengan rapi, dia duduk. Dokter Mangku bercerita tentang klinik yang menjadi tempatnya mengabdikan diri itu. Ingatannya sangat kuat. Dari kursi di ruang kerjanya, dia menyusuri lorong memori sampai medio 1995.

Kala itu, Mangku bersama tiga koleganya menggagas klinik gratis. Dasarnya sederhana. Pertama, keyakinan bahwa setiap manusia punya sifat dengan kecenderungan ingin membantu sesama. Kedua, bakti sosial yang biasa diselenggarakan pemerintah lebih sering bersifat sementara. Padahal, banyak penyakit yang membutuhkan pengobatan terus-menerus. Misalnya, darah tinggi, jantung, dan diabetes. Tidak bisa beres dengan sekali pelayanan.

Dengan misi itu pula tempat tersebut juga dikenal dengan nama Klinik Bhakti Sosial Abadi. Selain Mangku, tiga pendiri lainnya adalah seorang lulusan farmasi Universitas Indonesia, seorang pastor, dan seorang pengusaha obat. Mereka merintis klinik itu di Gereja Santo Yohanes Penginjil.

Sampai 1999, pelayanan benar-benar gratis. Mulai pemeriksaan, konsultasi, dan obat. Semua tanpa biaya. Namun, kebaikan itu malah disalahgunakan. Banyak pasien yang menjual kembali obat-obatan yang mereka dapat. ’’Dijual di Senen,’’ ungkapnya pelan.

Masalah berbuntut. Suplai obat yang tadinya mengalir jadi tersendat. Pengusaha obat tidak lagi mau membantu. Mangku memutuskan untuk keluar dari kolaborasi sosial itu. Pengobatan yang semula gratis mau tidak mau dibikin berbayar.

Namun, Mangku tetap ingin mempertahankan identitas klinik. Ramah bagi masyarakat menengah ke bawah. Apalagi, dia tahu, tidak semua pasien menjual kembali obat yang mereka dapat. ’’Saat itu sudah ada 200-an pasien setiap hari,’’ tuturnya.

Keteguhan itulah yang membuat klinik tersebut menjadi yang paling terjangkau di ibu kota. Mangku mematok tarif murah. Dia lupa awalnya berapa. Yang pasti, sekarang biayanya hanya Rp 10 ribu. Mangku bersama rekan-rekannya tidak membatasi jumlah pasien. Semua yang datang pasti dilayani. Selain pelayanan umum, klinik membuka poliklinik anak dan gigi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X