Jadikan Kakao Komoditas Unggulan

- Rabu, 21 Agustus 2019 | 10:22 WIB

SAMARINDA- Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim berencana mengajukan hak paten atas komoditas unggulan daerah yang dimiliki. Salah satunya kakao. Langkah ini diambil agar komoditas tersebut memiliki nilai jual yang lebih tinggi, mengingat produksi dan lahannya yang terus mengecil.

Dinas Perkebunan Kaltim mencatat, ada beberapa daerah yang menjadi sentra penanaman kakao. Antara lain di Berau, tepatnya di Kecamatan Sambaliung dan Kutai Timur di Kecamatan Busang. Ada pula Mahakam Ulu yang mulai lima tahun terakhir konsen mengembangkan kakao.

Adapun luas areal pertanaman kakao pada 2018 sebesar 7.298 hektare dengan produksi biji kakao kering sejumlah 2.393 ton. Total luas areal kakao mengecil bila dibandingkan 2017 dengan total luas mencapai 7.778 hektare dan produksi mencapai 2.435 ton.

Kepala Disbun Kaltim Ujang Rachmad mengatakan, Kaltim punya banyak potensi komoditas perkebunan selain kelapa sawit dan karet. Salah satunya kakao. Meski produksinya tidak sebanyak kelapa sawit, tapi tetap harus memiliki nilai tambah agar meningkatkan kemampuan petani.

Potensi perkebunan kakao Kaltim memang terbilang potensial meskipun arealnya relatif kecil dibandingkan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. “Ke depan kita ingin komoditi kakao ini memiliki nilai tambah yang tinggi dengan produksi industri. Makanya kita akan ajukan hak patennya melalui indikasi geografis ke pusat,” ujarnya.

Dia mengatakan, agar langkah ini tercapai diperlukan upaya-upaya dalam mendapatkan sertifikat indikasi geografis. Di antaranya melalui sosialisasi dan pertemuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang indikasi geografis kepada masyarakat, petani atau produsen kakao, pelaku usaha dan pemerintah. Agar produksi kakao saat ini bisa memiliki nilai tambah. “Jika nilai jualnya lebih baik, otomatis pendapatan petani juga semakin baik,” pungkasnya.

Terpisah, Kepala Karantina Pertanian Samarinda Agus Sugiyono mengatakan, masih banyak produk-produk pertanian Kaltim yang luar biasa untuk diekspor. Berdasarkan data pada sistem IQfast selama 2018 jumlah kegiatan ekspor di Karantina Pertanian Samarinda mencapai 266 kegiatan, dengan nilai mencapai Rp 38,62 miliar. “Sebenarnya masih banyak potensi yang belum dimaksimalkan, salah satunya kakao di Berau,” ujarnya.

Saat ini berbagai unggulan seperti hasil karet olahan, produk kayu olahan seperti plywood, moulding, veneer kruing dan produk olahan kelapa sawit telah rutin diekspor ke berbagai negara seperti Tiongkok, Myanmar, India, Taiwan, bahkan hingga ke Amerika Serikat.

“Kita di Badan Karantina akan mempermudah layanan agar ekspor bisa terus berjalan dengan baik. Sehingga ke depan akan terus muncul komoditas baru. Misalnya kakao yang bisa diekspor dan turut meningkatkan devisa negara,” tutupnya. (*/ctr/ndu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X