Investor Harus Dibuat Nyaman

- Rabu, 21 Agustus 2019 | 10:20 WIB

SAMARINDA- Kaltim sudah lama menikmati pertumbuhan ekonomi dari komoditas tidak terbarukan. Namun sengan potensi kekayaan alam tersebut, Bumi Etam memiliki banyak pekerjaan rumah. Salah satunya membuat investor mau menanamkan investasinya untuk produk-produk turunan dari berbagai komoditas yang sudah melimpah di Kaltim. Tantangan ini belum terpecahkan dan membuat Kaltim sulit bersaing.

Pada triwulan kedua 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Kaltim tumbuh 5,43 persen, sedikit melambat dibanding pertumbuhan triwulan I yang mencapai 5,46 persen. Perlambatan ini diprediksi berlanjut pada triwulan ketiga dan keempat. Hingga akhir tahun, pertumbuhan ekonomi Kaltim diprediksi hanya sebesar 2,9 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, perlambatan pertumbuhan tersebut dilihat dari struktur ekonomi yang masih berasal dari ekspor. Saat ini ekspor sedang melambat seiring pelemahan harga-harga komoditas Kaltim, seperti batu bara dan crude palm oil (CPO).

“Perilaku ekspor Kaltim yang masih sebatas mentah membuat daerah ini sulit bersaing. Padahal, Kaltim punya potensi luar biasa dalam pertumbuhan ekonominya,” katanya kepada Kaltim Post.

Bumi Etam memang sudah lama menikmati kekayaan alam, seperti kayu, minyak dan gas, batu bara, serta hasil perkebunan kelapa sawit dan lainnya. Tapi yang selalu menjadi kendala adalah investasi yang masuk Kaltim hanya mengolah sesuatu dengan nilai tambah yang rendah. “Investasi yang masuk hanya sebatas mentah, itu perlu kita pelajari,” ujarnya.

Karena negara lain yang saat ini masih berkembang seperti Vietnam, Tiongkok, dan lainnya mereka mengundang dan membuat investor nyaman untuk masuk ke negaranya. “Prospek kita banyak, semua kekayaan alam kita tidak semua orang punya. Hanya saja, Kaltim belum punya daya saing untuk hilirisasi tadi,” ungkapnya.

Contohnya minyak kelapa sawit atau CPO yang memiliki produksi mencapai 2,2 juta ton per tahun atau menempati urutan ke-6 nasional dengan kontribusi sebesar 5,85 persen. Perkembangan perkebunan Kaltim didukung oleh kondisi agroklimat dan ketersediaan lahan yang memadai. Alokasi luas areal perkebunan mencapai 3,3 juta hektare.

“Kita punya lahan yang luas, tapi belum masuk investor yang mengelola CPO menjadi produk yang bernilai tinggi,” katanya.

Dia menjelaskan, Kaltim punya banyak prospek ekonomi. Hal itu menandakan daerah ini memiliki kelebihan yang sangat baik dari sisi komoditas, tinggal bagaimana daerah ini bisa membuat investor nyaman untuk investasi di Kaltim. Itu merupakan tantangan Kaltim.

Bumi Etam juga sudah banyak membangun kawasan ekonomi, seperti Maloy, Buluminung, Kariangau dan lainnya. “Kalau investor dibuat nyaman ke sana maka akan menjadi motor penggerak ekonomi daerah ini. Dengan orientasi ekspor maka daya saing daerah ini lebih kuat. Kuncinya adalah meningkatkan daya saing produk barang maupun jasa,” tutupnya. (*/ctr/ndu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X