Kembalikan Kejayaan Lada Kaltim

- Rabu, 21 Agustus 2019 | 09:28 WIB

SAMARINDA- Perkebunan selalu disebut-sebut menjadi pengganti pertambangan yang saat ini sedang mendominasi ekonomi Kaltim dengan kontribusi 46 persen. Lada menjadi salah satu andalan untuk mendorong kinerja perkebunan bersama kelapa sawit, karet, kakao dan kelapa.

Kepala Bidang Pengembangan Komoditi Dinas Perkebunan Kaltim Bambang F Fatah mengatakan,  sebenarnya seluruh komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan. Komoditi yang memiliki potensi besar selain kelapa sawit adalah komoditi karet, lada, kakao, kelapa dalam, pala, dan aren. “Namun kita saat ini sedang mengembangkan lada di Kaltim,” ujarnya, Selasa (20/8).

Dia menjelaskan, komoditi lada memiliki sejarah di Kaltim. Lada pernah memiliki masa-masa kejayaan pada 1997-1998. Bahkan saking jayanya harga komoditas ini, mencapai Rp 200 ribu per kilogram. Namun sekarang harga lada sudah jauh menurun menjadi Rp 25-60 ribu per kilogram. “Harganya jatuh, ini yang membuat kita fokus mengembangkan lada untuk mengembalikan kejayaan,” ungkapnya.

Dia mengatakan, untuk pengembangan lada dan komoditi yang lain memiliki kendala masing–masing. Tapi untuk fokus mengembalikan kejayaan lada, memang lebih rumit dibandingkan komoditas lain. Lada rentan terserang penyakit tanaman. Namun, jika upaya terus dilakukan pengembangan lada pasti bisa dilakukan.

Dinas Perkebunan Kaltim mencatat, pada 2018, komoditi lada memiliki luas lahan 9.021 hektare di Kaltim. Luas lahan untuk komoditi lada ini menurun dibandingkan 2017 yang mencapai 9.012 hektare. Selain perawatannya yang sulit, komoditas lada juga terkendala lahan. “Banyak lahan lada yang berubah menjadi area tambang,” jelas Bambang.

Menurutnya, ada dua wilayah yang difokuskan mengembangkan lada yaitu Loa Janan dan Muara Badak Kutai Kartanegara. Tapi, pengembangan lada juga sedang di jalankan di daerah Penajam Paser Utara dan Berau. Pada daerah yang difokuskan untuk pengembangan lada, pihaknya melakukan program ekstensi dan rehabilitasi.

Ekstensi merupakan program perluasan lahan komoditi lada, sedangkan untuk rehabilitasi adalah program pemeliharaan untuk tanaman yang sudah tua untuk digantikan, dengan tanaman baru agar tetap berproduksi. “Hambatan lainnya juga tentang pola pikir petani kita. Banyak petani yang memilih menjual lahan mereka untuk dijadikan areal tambang dibandingkan mengembangkan lada,” ungkapnya.

Padahal, tambah Bambang, jika para petani dapat berinovasi maka harga lada dapat menjadi lebih tinggi dari pada harga pasarannya saat ini. Contohnya salah satu petani, namanya pak Ramli di Pesayan, Barau. Dia mengubah lada yang tadinya biji menjadi bubuk dan dipasarkan secara online.

Jika awalnya lada harganya hanya Rp 50 ribu per kilogramnya maka setelah diubah menjadi bubuk dia bisa mendapat hingga Rp 1 juta per kilogram. “Padahal lada kita punya kualitas yang lebih baik dibandingkan daerah lain, sehingga potensinya sangat luar biasa,” tuturnya.

Saat ini pihaknya sedang menunggu untuk mendapatkan sertifikat indikasi geografis untuk lada. Indikasi geografis merupakan suatu tanda yang menunjukkan daerah asal, suatu komoditas karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada komoditas yang dihasilkan.

Sertifikasi itu bisa membuat lada terjual dengan lebih baik. “Harga saat ini masih Rp 25-60 ribu, jika sudah mendapatkan sertifikat indikasi geografis maka harga bisa meningkat menjadi Rp 100 ribu,” pungkasnya. (*/elf/ctr/ndu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X