Jangan Tiru Jakarta

- Selasa, 20 Agustus 2019 | 11:42 WIB

CATATAN

Syafril Teha Noer

 

JADILAH ibu kota. Belajarlah dengan Jakarta. Tapi jangan tiru Jakarta. Jakarta telah meminggirkan Betawi sebagai entitas seni-budaya. Penampilan Betawi di panggung-panggung keseniannya lebih mirip seremoni, ketimbang ekspresi kecintaan murni pada khasanah lokal.

Kelompok-kelompok kesenian Betawi terus terpepet ke pinggir-pinggir. Bertahan dengan sisa-sisa kemampuan. Oleh rata-rata orang tua. Dengan perlengkapan yang sama tuanya. Sesekali dipestakan. Dipekankan. Tetapi lebih sebagai bahan nostalgia, atau proforma pembuktian komitmen pada seni-budaya.

Ke-Betawi-an tak dapat tempat di sekolah-sekolah. Sebagai muatan lokal yang diajar dan dilatihkan. Dari dan dengan apa ia mendapat pengawetan. Dari dan dengan apa ia menjalani proses pewarisan lintas generasi.

Ini pendapat Rusman Yaqub, anggota DPRD Kalimantan Timur, saat ditemui sebagian pengurus Dewan Kesenian Kalimantan Timur di kantornya, beberapa hari lalu. Pertemuan itu mengobrolkan banyak hal. Termasuk kemungkinan provinsi ini menjadi pusat kendali pemerintahan negara.

Sebelum Rusman, keterpinggiran Betawi sebagai identitas lokal itu diakui sejarawan JJ Rizal. Berbicara dalam tayangan sebuah stasiun televisi, pada refleksi hari jadi ke-492 Jakarta, 22 Juni 2019, dia mencontohkan nasib ondel-ondel.

Ondel-ondel adalah “boneka” raksasa yang dibuat dari rangka bilah bambu. Sepasang. Laki-laki dan perempuan. Populer sebagai penanda warna Jakarta. Saya kerap menontonnya, saat masih bocah, di Kampung Johar, Jakarta. Pada musim peringatan Proklamasi Kemerdekaan seperti hari-hari ini, ondel-ondel selalu meramaikan pawai. Anak-anak mengerumuninya.

Pada mulanya ondel-ondel adalah elemen ritual tolak bala. Dilaksanakan di tiap hajatan Betawi. Tampil lewat gerak-gerak tertentu, berputar-putar, menari ditingkah seperangkat musik – Betawi banget. Namun, kini, ondel-ondel alangkah papa. Lebih kerap tampil di jalan-jalan Jakarta. Dibawakan untuk ngamen.

Anda akan mudah menemukannya. Umpamanya di Jalan Cikini Raya, di depan Taman Ismail Marzuki. Sementara kedua ondel-ondel berjalan sambil nandak, beberapa pendukungnya menyorong-nyorong kaleng atau tabung plastik bekas penampung cat kepada orang-orang di trotoar, atau pengendara mobil di jalan – meminta recehan.

Gambang kromong yang mirip keroncong, atau tanjidor, atau teater tradisi lenong, dan topeng Betawi telah sulit dicari. Jakarta seolah bukan lagi habitat bagi keanekaan kekayaannya sendiri. Terpepet semisal ke Depok atau Bekasi, Jawa Barat --yang secara kultural adalah wilayah seni-budaya Sunda.

Pelestarian seni-budaya Betawi pernah diupayakan Pemerintah DKI Jakarta, saat masih dipimpin gubernur legendaris, Ali Sadikin. Wujudnya adalah sebuah cagar budaya di Condet. Namun, tiga puluh tahun sejak dibangun, 1974, status (sebagai cagar budaya) itu dicabut.

Condet kemudian digantikan perkampungan dengan tiga ribu jiwa, yang seluruhnya warga berdarah Betawi. Namanya Perkampungan Setu Babakan. Dibangun di Jagakarsa, Jakarta Selatan, tahun 2004. Setu Babakan juga dirancang untuk pelestarian. Dibuka tiap pukul 07.00 WIB hingga 18.00 WIB di sana ke-Betawi-an hadir lewat kesenian, adat istiadat, kuliner, pakaian, sastra, hingga arsitektur.

Namun, satu Setu Babakan, terlokalisasi pula, agaknya tak sanggup memupus masygul. Para seniman ondel-ondel se-Jabodetabek nyatanya mengeluhkan keterjepitan khasanah seni-budaya Betawi di tengah modernitas metropolitan Jakarta.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X