SAMARINDA–Angka HIV di Kota Tepian masih terus bertambah. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Samarinda mencatat hingga Juni 2019 ada 2.487 orang yang positif HIV. Terdiri dari positif HIV 1.205 jiwa dan pengidap AIDS 1.282 jiwa. Namun, 290 jiwa meninggal meski sudah terapi anti retroviral (ARV) dan 187 meninggal belum terapi ARV. Angka yang masih tinggi ini, menuntut KPA untuk melakukan sosialisasi lebih banyak.
"Pentingnya edukasi tentang HIV ini ke setiap lapisan masyarakat agar mengetahui tanda-tanda penyakit ini, dan cara menanggulanginya. Makanya upaya kami, memberikan layanan voluntary clinic test (VCT) ke seluruh puskesmas dan rumah sakit dan melakukan sosialisasi ke setiap lapisan masyarakat mengenai penyakit ini,” ujar Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Samarinda, Muhammad Basuki, beberapa waktu lalu.
Dia menilai, masyarakat harus menyadari bahwa siapa pun dapat berisiko tertular HIV. Jika, melakukan seks tidak aman, menggunakan alat suntik secara bergantian dengan orang yang terinfeksi, dan ibu hamil yang terkena HIV. “Cara mencegahnya dengan saling setia pada pasangan. Menggunakan alat kontrasepsi pada saat berhubungan seks berganti-ganti pasangan, serta hindari penggunaan jarum suntik tidak steril,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, meski sudah terinfeksi HIV, bukan berarti tidak bisa melanjutkan hidup dan memiliki keturunan. Asalkan rutin mengonsumsi ARV, jumlah virus bisa ditekan. “Perempuan yang terinfeksi pun masih bisa hamil dan memiliki anak. Tidak harus digugurkan,” imbuh lelaki berkacamata tersebut.
Dia menambahkan, hal ini bisa terjadi asalkan ibu pengidap selalu rutin terapi ARV seumur hidup mereka. Dengan ARV, virus akan berkurang. Dengan begitu, risiko penularan virus dari ibu ke janin juga ikut minim. (*/ar/ljkp/nyc/dns/k8)
