Plus-Minus Alat Kontrasepsi, Tidak Berisiko, Sesuaikan Kebutuhan

- Senin, 19 Agustus 2019 | 10:06 WIB

Ada beberapa pasangan yang menunda kehamilan. Alasannya beragam, mulai pendidikan, karier, hingga keadaan ekonomi keluarga. Dalam kondisi tersebut, keberadaan alat kontrasepsi diharapkan dapat membantu. Kendati demikian, sebelum menggunakan ada baiknya mengenalinya terlebih dahulu.

 

ALAT kontrasepsi dibagi menjadi dua sesuai cara kerja. Hormonal dan non-hormonal. Hal itu dijelaskan dr Muhammad Anggit Nugroho SpOg. Kontrasepsi hormonal umumnya mengandung kombinasi progestin dan estrogen, atau progesteron saja. Sementara itu, non-hormonal merupakan prosedur tanpa metode hormon atau dengan cara alami. Seperti metode kalender dan amenore laktasi.

Jika seorang ibu menggunakan metode hormon, dia bisa mengalami menstruasi. Sedangkan bila menggunakan non-hormonal, tidak akan menstruasi. Metode hormonal pun berdampak pada produksi ASI (air susu ibu), jadi tidak disarankan untuk ibu menyusui.

“Kebalikan dari kontrasepsi hormonal, jenis non-hormonal aman dan bisa digunakan meski menyusui. Hanya saja, persentase ketepatan dan keberhasilannya masih minim, jadi masih berisiko hamil,” jelas Anggit.

Kontrasepsi hormonal terbagi menjadi tiga jenis, yakni kontrasepsi temporer, permanen, dan penghalang fisik. Umumnya yang diketahui yakni pil KB yang mengandung hormon progesteron dan pil kombinasi.

Ada pula suntik KB, Anda dapat memilih suntikan per tiga bulan, suntikan progesteron. Atau, suntikan kombinasi antara hormon progesteron dan estrogen yang disuntik setiap bulan.

Ada juga jenis implan, alat kontrasepsi berbentuk strip yang ditanam di bawah kulit. Juga, intra uterine device (IUD) atau yang sering disebut spiral. Alat kontrasepsi ini sejenis tembaga, tetapi dilapisi hormon progesteron. Anggit mengatakan, kontrasepsi yang paling “bijaksana dan aman” yakni spiral.

“Dari setiap alat kontrasepsi temporer itu bagus semua. Dengan tingkat kegagalan kurang dari 2 persen. Namun, saya menyarankan menggunakan IUD. Sebab, jangka waktunya cukup panjang, lima tahun. Jika sewaktu-waktu Anda ingin hamil, tinggal diambil saja,” paparnya.

Nah, masyarakat lebih awam dengan jenis kontrasepsi penghalang fisik. Di antaranya kondom, spermisida, dan diafragma. Ketiga jenis ini disederhanakan sebagai alat pengaman yang digunakan sebelum berhubungan seksual.

Untuk jenis kontrasepsi permanen ada tubektomi, ligasi tuba, implan tuba, dan elektrokoagulasi tuba. Sedangkan pada pria dapat melakukan prosedur vasektomi.

“Pasangan yang ingin melakukan kontrasepsi permanen itu sedikit. Bahkan bisa dihitung jari, sebab mayoritas hanya ingin menunda. Bukan enggak bisa hamil lagi,” bebernya.

Anggit memberi contoh dampak kontrasepsi hormonal yang sering terjadi, umumnya abnormal uterus bleeding (AUB, atau pendarahan abnormal uterus), obesitas, melasma, dan acne vulgaris (jerawat). “Risiko sebenarnya tidak ada, yang ada hanya kekurangan dari masing-masing alat kontrasepsi,” jelasnya.

Semua kembali pada masing-masing pasangan, ingin menggunakan kontrasepsi jenis apa. Menyesuaikan kebutuhan. (*/nul*/tam/ljkp*/rdm2/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X