B30 Jadi Harapan Baru, Bantu Perbaikan Harga CPO

- Jumat, 16 Agustus 2019 | 10:56 WIB

Berhasilnya rangkaian road test penggunaan B30 memberikan harapan baru bagi petani kelapa sawit di Kaltim. Penerapan B30 diyakini meningkatkan serapan CPO dalam negeri dan harga TBS bisa terangkat.

 

SAMARINDA – Saat ini, pengusaha kelapa sawit di Bumi Etam memang masih menaruh harapan besar terhadap penerapan mandatori biodiesel 20 persen (B20). Mengingat harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada awal tahun ini mengalami penurunan dikarenakan harga crude palm oil (CPO) internasional yang berfluktuasi.

Diketahui harga CPO internasional pada awal tahun ini tercatat berada pada level USD 586 per metrik ton. Namun sejak Maret lalu, harga CPO turun menjadi USD 510-550 per metrik ton. Pada Juli 2019 harga semakin anjlok menjadi USD 487 per metrik ton. Rata-rata per bulan tergerus 5 persen. Penurunan harga CPO pertengahan tahun masih disebabkan oleh demand CPO yang menurun juga masifnya kampanye negatif dari Uni Eropa

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammad Sjah Djafar mengatakan, ditargetkan pada Januari 2020, B30 diterapkan pada kendaraan umum. Ini tentu akan mendongkrak konsumsi domestik biodiesel yang diperkirakan pada 2025 mencapai 6,9 juta kilo liter. Jumlah tersebut naik dua kali lipat dari konsumsi domestik biodiesel pada 2018 yang hanya 3,8 juta kilo liter.

“Kita sebagai pengusaha sangat mendukung itu (B30), tapi di Kaltim saja kebanyakan masih menggantungkan bisnisnya pada ekspor CPO. Belum untuk membantu menyuplai B20. Ke depan harus bergeser,” tuturnya, Kamis (15/8).

Dia mengatakan, berbagai daerah di Tanah Air juga masih mengandalkan sawit dan produk olahan minyak sawit menjadi salah satu komoditas andalan ekspor. Langkah ini dianggap menguntungkan dibandingkan memenuhi kebutuhan domestik yang pasarnya belum jelas.

“Karena itu kita mendukung pemerintah untuk memastikan ketersediaan bahan baku biodiesel mulai dari aturan DMO (domestic market obligation) hingga melakukan subsidi kepada pengusaha,” jelasnya.

Menurutnya, B30 bisa mendongkrak konsumsi dalam negeri. Namun tetap dibutuhkan kepastian pasar. Karenanya, pelaku usaha berharap pemerintah dapat meyakinkan para pengguna kendaraan untuk bersedia memakai bahan bakar nabati. Hal itu agar mendukung program B30 tahun depan dan bahan bakar nabati memiliki pasar yang jelas.

“Jika pasarnya jelas, maka serapannya semakin baik. Kejelasan pasar ini yang akan membuat pengusaha tertarik untuk menyuplai B30,” pungkasnya.

Baru-baru ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah sukses melakukan uji penghidupan mesin (start ability) pada suhu dingin ekstrim di dataran tinggi Dieng. Terbukti kendaraan yang menggunakan B30 dapat menyala dengan baik. Mereka kemudian melanjutkan road test B30 hingga jarak tempuh 640 Km di dataran rendah Lembang, Jawa Barat, kemarin.

Road test B30 ini akan menguji bahan bakar B30 pada kendaraan bermesin diesel terkait performa mesin dan emisi gas buang. “Uji jalan ini akan melewati beberapa kondisi jalan raya di Jawa Barat dan Jawa Tengah kurang lebih sekitar 640 Km," ungkap Peneliti dari Puslitbang Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3Tek KEBTKE) Kementerian ESDM Widhiatmaka.

Uji jalan ini terbagi dua jenis kendaraan bermesin diesel, yaitu kendaraan dengan bobot di atas dan di bawah 3,5 ton. "Masing-masing bobot kendaraan tersebut memiliki rute yang berbeda. Medan jalan yang dilalui melewati track (jalur) tanjakan, turunan, tikungan hingga lurus seperti di jalan tol," tambah peneliti P3Tek KEBTKE lainnya, Muhammad Indra AIrsyad.

Pada track lurus, kestabilan mobil saat uji coba dijaga dengan kecepatan maksimal 100 kilometer (km) per jam. Kendaraan uji dengan bobot diatas 3,5 ton yang turut serta adalah truk Mitsubishi Fuso Colt Diesel, Isuzu NMR71TSD, dan UD Truck dengan rute tempuh adalah Lembang-Karawang-Cipali-Subang-Lembang sejauh 350 Km. Target total jarak tempuh hingga Oktober adalah 40 ribu KM.

Setiap selesai menempuh jarak 10 ribu Km pada kendaraan uji di atas 3,5 ton, dilakukan pengujian berupa uji emisi opasitas, uji performa metoda akselerasi dan uji filter blocking. Sementara itu, kendaraan uji dengan bobot di bawah 3,5 ton adalah Toyota Fortuner, Nissan Terra, Mitsubishi Pajero, dan DFSK SuperCab.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X