SANGATTA - Menggiurkan, bisnis madu klanceng atau kelulut (trigona bee), saat ini sedang laris dilakoni sejumlah warga di Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur.
Hal itu karena madu ini memiliki segudang manfaat dibanding madu yang berasal dari lebah sengat. Maka dari itu, semakin hari peternaknya terus meningkat. Sebab memanfaatkan lebah ini dapat menghasilkan pundi rupiah dengan nilai profit menggiurkan.
Seorang warga asal Sangatta Selatan bernama Fuad Sirinding (29) saat ini mulai mengembangkan madu jenis trigona itama. Tahap pengembangan awal yang sudah dilakukan kini ialah dengan pembuatan kotak (toping) kelulutnya. Menurutnya, pembelajaran ternak telah ia lakukan sejak Agustus 2018 lalu, hal itu bermula dari rekan peternak yang ada di sekitar rumahnya.
Ia menuturkan, perihal perawatan bukanlah hal yang sulit dilakukan. Sehingga dengan beternak lebah non sengat ini sangat prospek untuk usaha jangka panjang.
“Tidak ada perawatan khusus, yang terpenting terhindar dari matahari langsung, karena bisa bikin meleleh propolis,” ujarnya saat diwawancarai di kawasan ternak miliknya pada Kamis (15/8).
Sejumlah manfaat dari madu tersebut ia paparkan. Seperti tingginya antioksidan dan vitamin c yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Bisa juga menjadi penyembuh luka. Kemudian propolisnya dapat menjadi obat kanker, bifolennya dapat dibuat obat tetes mata dan produk kosmetik.
Lebih dalam, menurutnya kandungan asam amino trigona itama lebih tinggi dari kandungan asam amino lain, sehingga bisa menjadi penyembuh diabetes. Bahkan kandungan air dan glukosa trigona lebih rendah dibanding jenis lebah avis.
“Banyak yang dihasilkan dari lebah ini, bahkan tidak hanya madu, namun juga bifolen dan propolis. Itu yang membedakan dari avis, karena khasiatnya tiga kali lipat lebih besar,” bebernya.
Memiliki 30 log, ia mencoba untuk melalukan pengembangan dengan mengajak rekanan lainnya. Mengingat daya jual tergolong tinggi, yakni Rp. 600 ribu perliter.
“Sekarang warga mulai banyak minat beternak, karena potensi untuk peluang usaha tinggi dan bisa digunakan untuk kesehatan sendiri. Bahkan dalam waktu dua pekan sekali bisa dipanen setelah berkembang di tiga bulan,” ungkapnya.
Penjualan madu di Indonesia kerap dianggap palsu, melihat dari kekhawatiran itu, ia mencoba menawarkan konsumen untuk melihat langsung proses panen ke kawasan ternak.
“Madu yang dijual di pasaran beda sama madu ini, karena konsumen bisa melihat secara langsung. Bahkan kalau berminat, pembeli bisa panen sendiri dengan alat kami,” tuturnya. (*/la)