SANGATTA - Sejumlah warga di Desa Sangatta Selatan mengeluhkan sulitnya mencari gas elpiji tiga kilogram sepekan pasca Hari Raya Idul Adha 1440 H. Akibatnya, warga di desa itu harus memaksa diri untuk beralih ke tabung gas 12 kilogram.
Seperti yang diungkapkan oleh Fita Agustin, warga jalan Masabang Desa Sangatta Selatan mengeluhkan, jauhnya jarak yang harus ditempuh jika ingin membeli gas melon di agen. Sehingga ia harus membeli gas besar untuk bertahan.
"Harga mahal kalau tabung 12 kilogram, tapi mau gimana lagi, tabung kecil kosong semua di toko. Kalau mau ke agen jauh sekali," katanya saat dikonfirmasi pada Kamis (15/8).
Dia menyadari, meski di pengecer harga lebih mahal, namun mudah didapat. Sebab tidak perlu mengantre. Namun kemudahan itu sepertinya tidak lagi saat kelangkaan menerjang. Terlihat, di sejumlah toko yang kerap mengecer pun bertanda gas kosong.
"Biarpun cari di pengecer susah juga. Padahal sebelum lebaran banyak saya lihat, walaupun harganya mencapai Rp 30 ribu pertabung," terang dia. Meski diketahui jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni sebesar Rp 18.000 per tabung.
Ironisnya, ungkap dia, sudah harganya sangat melambung, stok di pengecer pun cukup terbatas. "Harusnya, setiap ada pasokan gas subsidi ke pangkalan, diutamakan dulu ke warga sekitar," tandasnya.
Kabar yang menyebutkan kelangkaan gas dibantah oleh Kasi Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Kutim, Achmad Dony Evriadi. Menurutnya, hingga Kamis di Sangatta Selatan telah terdistribusi sekira 500 tabung untuk warga. "Dimana yang kesulitan, banyak loh stok di agen dan pangkalan. Malah sampai sekarang susah dijual. Karena stok masuk kebanyakan," kata dia.
Dia mengimbau pada masyarakat agar tidak membeli di eceran. Sebab jika laku, persaingan dengan warga akan semakin menjadi-jadi.
"Beli di agen atau pangkalan, kalau pengecer laku harga melambung, karena mereka bangga merasa dibutuhkan," imbuhnya. (*/la)