Menjadi pelaku kontrasepsi merupakan hal yang sangat jarang bagi laki-laki. Padahal, ada beragam kontrasepsi yang tersedia bagi laki-laki. Namun, realitanya, perempuan yang tetap mengambil banyak peran untuk urusan mengontrol kehamilan.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Samarinda Nurul Mu’minayati menuturkan, kontrasepsi memang bukan masalah gender. Bagi lelaki, bisa menggunakan metode operasi pria (MOP) alias vasektomi dan kontrasepsi kondom. “Pada 2016–2018 pengguna kontrasepsi MOP sama sekali tak ada pemakainya. Sementara, pengguna kontrasepsi kondom mengalami penurunan,” ungkapnya.
Menurut data, pada 2016, pemakai kontrasepsi kondom ada 32 orang, namun pada 2017 hanya 19 orang, dan 2018 tinggal tiga orang. Minimnya pengguna MOP itu disebabkan pemahaman masyarakat yang rendah. Mereka masih takut dan percaya rumor kalau MOP bikin impotensi. Padahal, saat sosialisasi, dirinya bahkan mengajak pengguna MOP untuk meyakinkan masyarakat.
Kepala Bidang Penyuluhan dan Penggerakan DPPKB Samarinda Syarifah Rahimah mengatakan, rumor yang beredar di masyarakat perlu dibantah. Suami-istri tetap bisa melakukan hubungan badan seperti biasanya meski suami sudah vasektomi. “Hanya, sperma tidak bisa lagi membuahi. Meski begitu, urusan kontrasepsi bukan urusan satu pihak. Suami-istri harus berdiskusi dan konsultasi ke dokter untuk mendapat keputusan terbaik,” ucapnya.
Minimnya lelaki yang mau kontrasepsi, diamini bidan Rusiah Dewi. Bidan yang mendapat predikat pelayanan keluarga berencana terbaik di Kaltim pada 2019 ini mengatakan, pengguna kontrasepsi yang dia tangani mayoritas adalah kaum hawa. Mereka umumnya datang untuk kontrasepsi suntik. “Rata-rata yang suntik 200 orang tiap bulan,” ucap bidan yang buka praktik sejak 1997 tersebut.
Rusiah menambahkan, selain suntik, kontrasepsi jenis implan dan spiral banyak diminati. Sementara untuk laki-laki sangat jarang yang datang bahkan sekadar konseling. Dia pun mengingat hanya dua lelaki pernah konseling dan melakukan MOP.
“Hal ini karena masyarakat masih tabu dan kurangnya pengetahuan masyarakat untuk kontrasepsi pria,” pungkasnya. (*/zaa/*/tami/ljkp/dns/k16)