Di Samarinda Pasangan Banyak Cerai, 2 Persoalan Ini Jadi Penyebabnya

- Kamis, 15 Agustus 2019 | 10:18 WIB

Selembar kertas digenggam Yuniar (26), bukan nama sebenarnya. Di bagian atas kertas, tertulis akta cerai. Awal Juli lalu, jadi langkah barunya. Perempuan satu anak itu resmi berpisah dengan suami yang menikahinya sejak 2014.

 

Bagi Yuniar, cerai adalah pilihan akhir. Ketika semua upaya telah habis. Berbicara dengan nada lembut hingga keras, jadi usaha dia dan mantan suaminya menyelesaikan konflik. Keluarga pun disertakan untuk membantu, tapi tidak membuahkan hasil.

"Masalahnya banyak. Tetapi, lebih ke masalah ketidakcocokan kami. Puncaknya pisah rumah hampir setahun ini. Anak ikut sama saya," ungkap perempuan yang bekerja di bidang pemasaran tersebut.

Yuniar memilih berpisah. Bagi dia tidak ada yang bisa dipertahankan. Suaminya pun telah lama tak menafkahinya.

Kisah Yuniar hampir sama dengan rumah tangga lain di Samarinda yang kandas. Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Kelas I-A Samarinda Muhammad Rizal mengatakan, dalam tiga bulan terakhir setidaknya ada sekitar 80 kasus perceraian yang disebabkan oleh faktor ekonomi. 

GRAFIS : AMRULLAHACHMAD/PROKAL.CO

 

"Selain itu, 89 kasus perceraian disebabkan meninggalkan salah satu pihak, seperti pergi dari rumah tanpa pamit," jelasnya. Dia menambahkan, perceraian mayoritas diajukan perempuan yang berusia 25–35 tahun. Perempuan kini lebih berdaya. Mereka berani menggugat cerai jika pernikahan tidak lagi harmonis atau menerima kekerasan. Mereka tidak takut lagi bakal kurang nafkah. Sebab, mereka bisa bekerja dan menafkahi diri serta anaknya sendiri.

Dari kacamata psikologi, kasus perceraian banyak pemicunya. Psikolog Yulia Wahyu Ningrum mengatakan, perceraian di Kota Tepian jamak diakibatkan masalah finansial, orang ketiga, hingga kekerasan.

“Untuk perekonomian, biasanya karena penghasilan istri lebih tinggi dari suami. Ada juga karena penghasilan kurang, namun tuntutan penampilan harus selalu oke untuk kebutuhan media sosial," ujar direktur Biro Psikologi Mata Hati tersebut.

Tak ada yang ingin menikah berujung perceraian. Maka, ketika ingin menikah, harus benar-benar menyiapkan diri. Mulai mental, finansial, termasuk memahami karakter pasangan. “Ketika ada masalah pun, harus diselesaikan sampai tuntas dengan kepala dingin. Jangan mengedepankan emosi,” tutupnya. (*/dar/ljkp/nyc/dns/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X