Neraca Perdagangan Kaltim Turun, Hilirisasi Tidak Bisa Ditunda

- Selasa, 13 Agustus 2019 | 13:14 WIB

SAMARINDA- Meski masih menunjukkan tren positif, kinerja neraca perdagangan Kaltim pada Juni 2019 kurang memuaskan. Pada periode ini neraca perdagangan ekspor impor surplus sebesar USD 1,18 miliar. Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan neraca perdagangan pada Mei 2019 yang berhasil surplus sebesar USD 1,24 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Atqo Mardiyanto mengatakan, penurunan neraca perdagangan tak lepas dari melemahnya ekspor-impor di Bumi Etam. Secara kumulatif nilai ekspor Kaltim periode Januari-Juni 2019 mencapai USD 8,23 miliar, atau turun 8,82 persen dibanding periode yang sama pada 2018.

Sementara impor Kaltim periode Januari-Juni 2019 mencapai USD 1,33 miliar atau turun 34,75 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. “Penurunan kinerja ekspor, tak lepas dari pelemahan harga komoditas utama kita. Ini yang membuat neraca perdagangan sedikit mengalami pelemahan meskipun masih surplus,” ujarnya, Senin (12/8).

Secara kumulatif dari Januari-Juni 2019 neraca perdagangan Kaltim surplus sebesar USD 6,90 miliar. Nilai ini mengalami penurunan dibanding dengan neraca perdagangan pada periode yang sama pada 2018 yang surplus sebesar USD 6,99 miliar.

Biasanya daerah dengan neraca perdagangan surplus menandakan ekonomi yang lebih baik. “Namun, surplus selama ini masih memperlihatkan lemahnya kinerja ekspor produk-produk industri atau hilirisasi. Karena, ekspor masih didominasi ekspor migas dengan barang mentah,” katanya. Sehingga, penurunan neraca perdagangan saat harga komoditas melemah tentu bisa terjadi kapan saja.

Menurut Atqo, ekspor Kaltim masih bisa didongkrak jumlahnya. Caranya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan nilai tambah pada beberapa komoditas atau hilirisasi dapat dilakukan untuk mendongkrak nilai ekspor. “Tidak terus menerus mengekspor bahan mentah. Harus diganti produk hilirisasi agar nilai ekspor lebih mahal dan neraca perdagangan lebih sehat,” pungkasnya.

Terpisah, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM Kaltim Heni Purwaningsih mengatakan, volume ekspor-impor Kaltim memang selalu surplus. Itu terjadi karena volume ekspor lebih banyak dari impor. Penurunan neraca perdagangan disebabkan penurunan ekspor. Tapi secara keseluruhan neraca perdagangan Kaltim tetap surplus.

“Surplusnya neraca perdagangan saat ini, tidak bisa membuat kita baik-baik saja dalam jangka panjang,” ujarnya. Dia menjelaskan, secara kasat mata neraca perdagangan memang menguntungkan bagi Kaltim. Namun, dalam jangka panjang Bumi Etam harus bersiap. Penurunan ekspor yang dipengaruhi harga komoditas tentunya tidak bisa terelakkan bagi Kaltim.

Sebab, struktur ekonomi Bumi Etam 46 persen masih didominasi sumber daya alam (SDA) tidak terbarukan. Keterpurukan ekonomi sudah dirasakan oleh Kaltim pada 2015 dan 2016 saat perekonomian tumbuh minus. Ke depan sesuai perencanaan, Bumi Etam akan mengubah ketergantungan ini. Peningkatan ekspor harus dilakukan pada sektor lain, seperti perkebunan, pertanian, perikanan dan lainnya. “Kita punya potensi besar untuk ekspor. Saat ini hanya tinggal meningkatkan volume ekspornya,” katanya.

Menurutnya, untuk meningkatkan ekspor juga dibutuhkan hilirisasi, intensifikasi, dan sebagainya. Contohnya saat ini crude palm oil (CPO) hanya diekspor mentah. Ke depan bagaimana CPO bisa memiliki nilai tambah. Produk turunan itu yang didorong. Saat ini Kaltim sudah mulai mengarah pada industri hilirisasi. Sudah ada tiga komoditas yang memiliki fokus hilirisasi Kaltim yaitu CPO, karet dan kayu.

“Hilirisasi sudah tidak bisa terelakkan, itu mutlak dibutuhkan Kaltim. Agar nilai ekspor meningkat, dan neraca perdagangan Kaltim tetap surplus,” tutupnya. (*/ctr/ndu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X