Yudho Krisnahadi mengharumkan nama Balikpapan. Siswa SMA 4 ini terpilih menjadi pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) tingkat nasional 2019. Bersama Arina Qanita, siswa SMA 1 Paser, keduanya mewakili Kaltim menjadi pasukan pengibar bendera merah putih di Istana Negara 17 Agustus mendatang.
MENCOBA dunia paskibra setahun terakhir sejak di bangku SMA, Yudho tak menyangka berhasil mendapat kesempatan terpilih menjadi anggota paskibraka nasional. Namun bukan berarti perjuangan siswa kelas XI IPA 3 ini mudah. Beragam proses seleksi sudah dia lewati sejak April lalu.
Kepada Kaltim Post, Yudho menceritakan ada dua tahapan hingga dia resmi terpilih sebagai salah satu anggota paskibraka nasional dari 34 provinsi di Indonesia.
Pertama seleksi di tingkat kota, di mana dia berangkat mewakili sekolah. Seleksi ini dilakukan selama enam hari, bersaing dengan 39 orang yang lolos seleksi tingkat kota tersebut.
Seleksi tidak mudah karena terdapat berbagai penilaian. Mulai parade, samapta, baris-berbaris, psikotest, wawancara, pengetahuan umum, hingga kemampuan berbahasa Inggris. “Lengkap dari seleksi postur, kesehatan, jasmani, sampai pengetahuan umum,” katanya.
Remaja berusia 17 tahun ini terpilih dalam lima besar siswa yang mewakili Balikpapan menuju seleksi kedua di tingkat provinsi. Seleksi dilaksanakan langsung oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) di Samarinda. Proses penilaiannya juga tidak berbeda jauh dengan seleksi tingkat kota. Hanya waktunya dipersingkat menjadi tiga hari.
“Total yang bersaing sebanyak 40 siswa, baik kategori putra dan putri yang berasal dari seluruh kabupaten/kota di Kaltim,” ujarnya. Rata-rata setiap kabupaten/kota mengirimkan dua peserta putra dan dua peserta putri. Usaha putra sulung dari Agus Purwanto dan Henny Handrayati ini membuahkan hasil yang positif.
Yudho bersama rekannya dari Paser terpilih mewakili Kaltim untuk mengibarkan sang pusaka. Sesungguhnya dia tak menyangka bisa lolos seleksi. Terlebih baru saja belajar soal baris-berbaris ketika masuk ekstrakurikuler paskibra SMA 4 Balikpapan. “Tahu seleksi paskibraka juga karena ditawari senior. Baru ada niat setelah ada ajakan itu,” tuturnya.
Dia bercerita sesungguhnya niat mengikuti paskibra merupakan batu lompatan untuk mengejar cita-cita. Yakni masuk akademi militer. Menurutnya jika memiliki sertifikat paskibraka mungkin bisa menjadi nilai lebih saat masuk angkatan nanti. Sebab tak sedikit anggota paskibra yang memiliki alur kisah seperti itu.
Menurutnya, tak ada kesulitan berarti selama mengikuti seleksi. Hanya perlu kesiapan mental karena persaingan yang ketat. Sehingga membutuhkan mental, kesabaran, dan percaya diri. Setelah terpilih menjadi paskibraka nasional, Yudho telah memulai masa pelatihannya sejak April. Bahkan termasuk saat momen Ramadan kemarin.
Dia harus rela latihan setiap Sabtu dan Minggu di Lapangan Tennis Indoor. Begitu pula setelah Idulfitri, intensitas latihan semakin banyak. Yudho harus berlatih setiap hari di antaranya latihan baris-berbaris hingga fisik. “Dibantu pelatih dari kepolisian sampai tentara,” bebernya.
Bentuk latihan seperti olahragawan, misalnya lari dan push up. Meski begitu ternyata latihan fisik ini tidak membuatnya kesulitan. Yudho sudah terbiasa melewati latihan seperti ini karena dia juga merupakan atlet renang. Contohnya saat mewakili Balikpapan dalam kejuaraan Porprov Kaltim 2018. Dia berhasil meraih satu emas, satu perak, dan dua perunggu.
Setelah meraih paskibra nasional, Yudho masih memiliki mimpi untuk masuk akademi militer. Itu harapan yang ingin dia capai setelah menamatkan sekolah nanti. “Tidak ada alasan khusus, saya merasa keren dan bangga melihat tentara. Jadi cita-citanya ingin masuk angkatan,” pungkasnya. (gel/ms/k15)