Ada 20 Titik Panas, Kaltim Siaga

- Senin, 12 Agustus 2019 | 14:00 WIB

BALIKPAPAN - Situasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatra dan Kalimantan masih menunjukkan kondisi fluktuatif. Di satu tempat mengalami penurunan, namun di sisi lain terjadi kenaikan jumlah titik api.

Berdasar pemantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), penurunan titik api paling tinggi terjadi di Riau. Kemarin (11/8) titik api hanya tersisa 29 saja. Jauh menurun dibandingkan data sehari sebelumnya yang mencapai 126 titik.

Sementara untuk kenaikan tertinggi jumlah titik api terjadi di Kalimantan Barat. Hingga kemarin sudah ada 605 titik api yang terpantau atau naik 72 titik dibandingkan sehari sebelumnya. Selain dua provinsi tersebut, titik api juga terpantau di Jambi 3 titik, Sumatra Selatan 19 titik, Bangka Belitung 14 titik, Kalteng 163 titik, Kalsel 14 titik, Kaltim 20 titik, dan Kaltara 23 titik (-6 titik).

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) BNPB Agus Wibowo mengatakan, keberadaan titik api membuat jarak pandang menurun akibat berasap. Yang paling parah adalah Pekanbaru dengan jarak pandang 5 kilometer dan Sanggau 4 kilometer.

Sementara itu, dari aspek kesehatan, kualitas udara tidak sehat terpantau di tiga kota. “Berdasar nilai PM 10 (Partikulat) menunjukkan Pekanbaru 166 tidak sehat, Pontianak 253 sangat tidak sehat, dan Palangka Raya 217 sangat tidak sehat,” imbuhnya.

Meski cukup masif, Agus menegaskan asap yang dihasilkan oleh karhutla hanya mengudara di wilayah Indonesia. “Tidak ada transboundary haze atau asap yang melintas ke negeri tetangga Malaysia atau Singapura,” kata suksesor almarhum Sutopo tersebut.

Dia menegaskan, upaya pemadaman terus dilakukan jajarannya bersama instansi lain yang terdiri dari TNI, Polri, BNPB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan masyarakat. Total personel yang diterjunkan sejumlah 9.072 orang yang tersebar di enam provinsi, meliputi Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel. “Kami bahu-membahu memadamkan api baik darat maupun udara atau water bombing,” terangnya.

TNI sebagai salah satu instansi yang terlibat dalam upaya pemadaman api meninjau langsung daerah terdampak karhutla di Riau. Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen Joni Supriyanto bersama jajaran pejabat Mabes TNI dan komando kewilayahan di Riau sudah turun ke beberapa daerah. Mulai Pekanbaru, Taman Nasional Tesso Nilo, Desa Penarikan, serta Desa Begadu di Pelalawa.

Senada dengan Agus, Joni menyampaikan semua pihak yang terlibat dalam upaya pemadaman api harus bahu-membahu. Sejauh ini, TNI sudah mengerahkan pasukan dari Kodam I/Bukit Barisan.

Selanjutnya, jenderal bintang tiga TNI AD itu menjelaskan, pihaknya akan menempatkan helikopter water bombing di Riau. Penempatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) itu berikut dengan bahan bakar yang memadai. “Ke depan itu akan menjadi prioritas,” imbuhnya.

Upaya pemadaman api lewat jalur udara maupun jalur darat, lanjut dia, sudah dilakukan maksimal. Walau jumlah titik api masih naik-turun, perjuangan semua petugas di lapangan tetap diapresiasi Joni. “Saya juga berterima kasih kepada Satgas Karhutla Riau yang telah bekerja maksimal dengan segala kendala yang dihadapi dalam penanggulangan karhutla di Riau,” bebernya. Dia berharap, kondisi itu bisa lebih cepat membaik sehingga masyarakat tidak lagi dirugikan.

Dikonfirmasi Kaltim Post tadi malam (1/8), Kepala Seksi Pengendali Kerusakan dan Pengamanan Hutan, Dinas Kehutanan (Dishut) Kaltim Shahar Al Haqq mengatakan, jumlah hotspot di Kaltim memang fluktuatif. Bila data BNPB menyebutkan, Benua Etam terdapat 20 titik panas, beda halnya dengan data SiPongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Data karhutla monitoring sistem itu menunjukkan titik kebakaran di Kaltim per kemarin pukul 21.17 Wita hanya sekitar delapan hotspot. Titik api itu tersebar di sejumlah daerah di provinsi ini. “Tapi yang mendominasi di Berau, Kubar, Mahakam Ulu, dan Kukar,” ucapnya.

Shahar menyebut, titik api di Berau berada di Kecamatan Labanan. Adapun di Kukar berada di Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto, Kecamatan Samboja. “Yang terbakar ini sebagian besar lahan. Namun ada yang meluas ke hutan,” ungkap dia.

Dishut, kata dia, kesulitan mencari tersangka dari kasus kebakaran hutan tersebut. Mengingat pelakunya kerap membakar lahan atau kebun pada malam hari. Kemudian pelaku kabur saat api meluas. “Pelaku menghilangkan jejak. Kami sulit mencari tersangka kalau tidak operasi tangkap tangan (OTT). Susah membuktikannya,” terang Shahar.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X