Ritel Kesulitan Cetak Penjualan, Perang Promo Tidak Terhindarkan

- Senin, 12 Agustus 2019 | 11:15 WIB

Tren konsumsi masyarakat terus berubah. Saat ini konsumen lebih berhati-hati dalam berbelanja.

 

BALIKPAPAN—Hal itu dirasakan sejumlah retailer di Kota Minyak. Penjualan mereka kini sulit untuk tumbuh. Perang promo pun tidak terelakkan untuk menarik pembeli.

Owner Maxi Swalayan Sonny Yuwono mengakui bahwa persaingan bisnis retail semakin lama semakin ketat. Itu bisa dilihat dari keuntungan yang didapat setiap tahun justru semakin kecil.

Menurutnya, kondisi ekonomi yang membaik hanya sebuah data. Faktanya masyarakat masih berhati-hati dalam berbelanja. Tidak seperti dulu, sekarang masyarakat harus ditawari promo dulu baru mau membeli.

“Dulu keuntungan setiap tahun persentasenya bisa dua digit. Sekarang satu saja sudah syukur. Di Balikpapan persaingannya sudah ketat apalagi nasional. Bisa dilihat sudah banyak supermarket dan hypermarket yang mulai mengurangi gerainya dan ada yang tutup beberapa waktu lalu,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, tren penurunan ini terjadi sejak 2014, di mana bisnis batu bara terpukul. Selain itu, sejak menjamurnya retail waralaba nasional di titik-titik kota, retailer besar terutama lokal dipaksa bersaing. Belum lagi melawan supermarket dan hypermarket. Pangsa pasar pun terbagi-bagi.

“Namanya usaha pasti ada persaingan. Namun saat ini kondisi penjualan memang menurun. Faktor utamanya karena kondisi ekonomi belum membaik 100 persen,” ungkapnya.

General Store Manager Hypermart Balikpapan Trade Mall M Khadafi mengaku, bisnis retail di Kota Minyak tahun ini memang sulit. Baik di level daerah maupun nasional sulit mencapai target yang dibebankan.

“Lepas dari periode kuartal pertama dan kedua, masuk periode sisanya penjualan pasti menurun. Tahun lalu terjadi hal serupa. Sampai Idulfitri kami berhasil mencetak penjualan sangat bagus. Tapi masuk periode kuartal III dan IV, pola belanja mulai turun,” terangnya.

Kemudian, dari bucket size sebelum ekonomi Kaltim minus, rata-rata per orang mencapai Rp 250 ribu dan Rp 300 ribu. Dan pola belanja dulu terkadang tidak memilah-milah. Promo pun tidak banyak seperti sekarang. “Misalnya dulu orang suka produk ini ya mereka akan beli produk ini terus. Sekarang mana yang murah itu yang akan dibeli,” bebernya.

Owner Yova Mart Jeffry Yova Cahyali juga mengakui pihaknya sekarang harus sering membuat promo. Apalagi persaingan ketat dengan bisnis waralaba retail yang menjamur, mereka juga memberikan promo.

“Sekarang kami harus jeli melihat pasar. Kalau diam saja bisa kalah bersaing. Tentu kami mengharapkan agar pemerintah lebih melihat pengusaha lokal. Dengan pola beli sekarang ini, “kue” yang diperebutkan semakin sedikit,” tutupnya. (aji/tom/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X