India Jadikan Kashmir Penjara Terbesar di Kaki Himalaya

- Minggu, 11 Agustus 2019 | 21:46 WIB

Duka krisis Kashmir datang berlipat ganda untuk Irfan Ahmad Bhat. Seperti jatuh lalu tertimpa tangga, pemuda itu kehilangan ayahnya saat baru saja kehilangan kebebasannya. Dia bingung bagaimana menguburkan ayahnya di Kota Srinagar yang dijaga ketat tentara India.

"Penyesalan saya, banyak saudara yang tak bisa melihat wajah ayah saya untuk kali terakhir. Itu seharusnya tidak terjadi," ujar Bhat kepada Agence France-Presse. 

Sampai saat ini, dia baru berhasil mengabari empat orang dari keluarga besar. Satu-satunya cara untuk memberi tahu kerabat adalah datang ke rumah. Sebab, saluran telekomunikasi, baik internet maupun telepon, diblokir aparat.

Padahal, dia juga tak bisa sendirian menguburkan ayahnya yang meninggal di usia 58 tahun. Menurut tradisi, persemayaman seseorang selesai hanya jika seluruh keluarga sudah diberi tahu. "Saya tidak tahu kapan itu akan terjadi," ungkapnya, lalu menangis.

Srinagar, ibu kota Kashmir, sudah tak lagi terlihat seperti kota yang menampung 1,5 juta penduduk. Jalanan sepi. Seluruh warga diminta untuk tetap di rumah. Jika keluar, mereka harus punya izin.

Kalaupun punya izin, mereka tak bisa keluar secara bergerombol. Maksimal hanya berdua. Warga juga dipaksa melewati labirin. Beberapa kilometer sekali mereka harus melewati pos pemeriksaan militer. Versi otoritas, hal itu bertujuan mencegah teroris melakukan koordinasi serangan.

Mohammad Siddiq, kakak ipar Bhat, mengatakan, situasi kali ini jauh lebih sulit daripada masa pemberontakan sepuluh tahun lalu. Saat itu ranjau bertebaran di sudut Srinagar. "Dulu tidak ada telepon. Tapi, kami akan berpencar ke berbagai arah untuk menyebarkan kabar duka," ungkapnya.

Saking sulitnya warga bergerak, Rumah Sakit Shri Maharaja Hari Singh (SMHS) sampai lengang. Biasanya, RS itu kedatangan seribu pasien setiap hari. Sejak aparat mengamankan Srinagar, pasien yang datang tak sampai seratus.

"Sebagian besar datang ke sini mengeluh sakit padahal sehat. Mereka mengalami stres dan histeria," ujar dokter yang tak mau disebutkan namanya.

Wajar saja warga Kashmir panik. Warga sama sekali tak menyangka bahwa kebebasan mereka direnggut pekan ini. Setahu mereka, ketegangan pascabom bunuh diri yang menewaskan 40 tentara India sudah mereda.

Mereka juga bingung saat pemerintah India mengevakuasi ribuan warga Hindu dan turis dari Kashmir. Menurut Perdana Menteri India Narendra Modi, separatis berencana menyerang warga Hindu yang sedang berziarah Gua Amarnath Kashmir. 

Tak lama kemudian, Modi mengumumkan pencabutan pasal 370 Konstitusi India. Sejak itu, penjagaan di Kahsmir diperketat. Sekitar 560 tokoh masyarakat lokal ditahan. "Sekarang Kashmir terasa seperti penjara. Penjara terbuka yang sangat besar," ujar Rizwan Malik, warga, kepada BBC.

Pasal 370 merupakan hak khusus yang didapatkan oleh otroritas lokal Kashmir. Artinya, mereka punya kewenangan khusus untuk menangani urusan dalam negeri di wilayah Jammu dan Kashmir, kecuali diplomasi luar negeri. Penduduk Kashmir diberi kewarganegaraan Kashmir dan India.

Setelah pakta itu tiada, New Delhi bisa melakukan apa pun kepada mereka. Termasuk, melakukan tindakan militer besar-besar seperti pekan ini. Namun, warga lokal jelas tak senang.

Jumat lalu (9/8) lebih dari 10 ribu warga berdemo setelah salat Jumat. Momen jumatan merupakan satu-satunya kesempatan bagi warga Srinagar untuk bergerombol. "Ini adalah tanah air kami. Kami ingin kebebasan," teriak pendemo seperti dikutip Washington Post.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X