Rosmia pelan-pelan menarik rangkaian benang hitam dan merah. “Jangan sampai putus,” gumamnya. Jika putus, bakal pusing menjalin lagi benang yang kecil dan tipis tersebut. Dia sedang membuat sarung tenun khas Samarinda dengan alat tenun bukan mesin.
NOFIYATUL CHALIMAH, Samarinda
SUDAH tiga tahun, Rosmia menekuni tenun. Dia adalah satu dari dua warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Samarinda yang mampu menenun tradisional. Setelah mendapat pelatihan khusus pada 2016.
“Ada beberapa teman yang sebenarnya ikut pelatihan. Tetapi, kan harus sabar kalau menenun ini. Kini tinggal dua orang yang bisa,” kisah Rosmia, saat pameran di Lapas Narkotika Klas III Samarinda.
Sarung tenun produksi WBP jumlahnya masih terbatas. Sebulan hanya bisa memproduksi satu atau dua buah. Meski begitu, diakui Sri Wardaningsih, staf bimbingan kerja Lapas Klas IIA Samarinda yang membina Rosmia, sarung tenun ini kerap dibeli pejabat yang berkunjung. Jadi, kualitasnya tidak kalah. “Juga kami pajang di galeri kami, di depan lapas,” imbuh Sri.
Pengembangan kemampuan WBP ini disokong oleh Dirjen Pemasyarakatan RI Sri Puguh Budi Utami. Perempuan berjilbab itu menjelaskan, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sudah mengadakan beberapa kerja sama dengan pihak ketiga. Diharapkan, dengan beragam pelatihan bisa membentuk WBP dengan skill mumpuni untuk persiapan mereka keluar dari lapas atau rutan.
“Sejauh ini, saya sudah mengimbau agar kalangan internal pemasyarakatan bisa menggunakan jasa dan produk yang disediakan WBP. Misal ada acara, pesannya produk WBP,” kata perempuan yang akrab disapa Utami itu.
Meski begitu, Utami mengatakan agar produk WBP bisa diterima di pasar luas, produk harus memenuhi kualitas, selera pasar, dan sustainable produk. Dengan begitu, pemasaran produk akan lebih mudah dan tidak kalah dengan produk luar.
Saat ini, ada 4.204 orang yang mendekam di balik jeruji penjara lapas dan rumah tahanan di Samarinda. Berada di balik penjara, bukan berarti masa depan mereka suram. Mereka tetap punya kesempatan kedua untuk lebih baik. “Dengan melatih WBP membuat kerajinan dan makanan, bisa jadi opsi bagi mereka untuk mencari nafkah setelah bebas nanti,” tutupnya. (*/dns/k8)