PROKAL.CO - Upaya perbaikan layanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di seluruh Indonesia terus digalakkan. Hal itu dimulai dari perbaikan internal pegawai Lapas itu sendiri. Pegawai Lapas harus meningkatkan kesadaran mereka dari potensi ancaman terhadap Lapas dan tak boleh terlibat dalam upaya penyelundupan narkoba ke dalam kamar warga binaan.
Itulah salah satu poin yang disampaikan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham RI Dr Sri Puguh Budi Utami saat memimpin Apel Kepatuhan Internal Pemasyarakatan, di Lapas Narkotika Bayur, Samarinda Kamis (8/8) tadi pagi.
Utami menyatakan, masalah yang dihadapi petugas Lapas begitu kompleks. Terutama kapasitas Lapas yang di mana-mana sudah sangat overload. Diakui atau tidak, mayoritas penghuninya adalah tahanan narkotika. Karena kondisi yang sudah sangat kritis, jangan ada oknum petugas yang justru membantu penyelundupan barang haram tersebut.
“Salah satu tujuan pembentukan satuan operasional kepatuhan internal ya untuk mencegah adanya petugas yang membantu penyelundupan narkotika. Kepatuhan internal harus dimulai dari diri sendiri. Kadang diabaikan,” katanya.
Abai atau tidak perhatian terhadap hal hal kecil pun kadang berdampak luas pada Lapas itu sendiri. Utami memberi contoh kasus matinya listrik di DKI Jakarta dan sekitarnya. Hanya karena abai terhadap pohon, pemerintah harus mengeluarkan dana hampir sebesar Rp 1 triliun.
“Mengapa itu bisa terjadi, karena tugas kontrol dan evaluasi PLN tidak dijalankan. Begitu juga dengan Lapas. Jangan cuek, harus peduli. Kita harus lakukan monitor dan evaluasi. Jangan abai,” ungkapnya.
Utami juga menegaskan, pegawai Lapas jangan selalu bertanya apa yang negara berikan kepadanya, namun bertanyalah apa yang sudah diberikan pada negara. Kalau membaca sejarah, maka pegawai Lapas harus malu kepada Pahlawan Jendral Sudirman yang paru parunya hanya berfungsi satu, tapi tetap semangat memimpin pasukannya melakukan perlawanan.
“Saya berharap pemberian piagam penghargaan petugas berprestasi tidak hanya dinilai dari kertasnya saja, namun nilai dibalik itu. Penghargaan harus dimaknai sebagai pelecut semangat untuk memberikan yang lebih baik lagi,” pinta Utami. (pr)