SAMARINDA–Evaluasi rutin pemkot akan kinerja perusda per triwulan menyasar pada kualitas pelayanan yang bisa diberikan kepada masyarakat. PDAM Tirta Kencana jadi yang paling banyak menerima catatan. Dari urusan finansial, menekan kehilangan air atau Non-Revenue Water (NRW), hingga kualitas air bersih yang disalurkan.
Direktur Utama PDAM Tirta Kencana Nor Wahid Hasyim yang ditemui media ini di IPA Cendana menuturkan, selisih antara produksi air bersih yang disalurkan dan debit yang sampai ke pelanggan atau NRW tidak bisa instan dibenahi. “Kami sudah buat skema DMA (distrik meter area) yang mengoneksikan 500 hingga 2 ribu pelanggan di wilayah sama dalam satu sistem,” ungkapnya, Rabu (6/8).
“Pola ini membentuk sebuah meteran induk untuk pelanggan dalam kawasan yang sama dan PDAM bisa mengontrol langsung berapa liter per detik yang mampu sampai ke rumah warga,” ulasnya.
Sejauh ini, PDAM memiliki 158.901 pelanggan, ditopang kapasitas produksi berkisar 2.400 liter per detik. Setiap liter per detiknya, mampu mendistribusikan air ke 60 pemukiman warga. Sehingga 2.400 liter per detik yang siap disebar idealnya hanya untuk 144.000 sambungan. “Makanya ada yang belum 24 jam dialiri. Perlu sekitar 500 liter per detik lagi untuk bisa mengakomodasi semua. Kami memang masih kekurangan (kapasitas produksi),” tuturnya.
Moratorium pemasangan rekening air baru pun ditempuh untuk menyesuaikan distribusi dan kapasitas produksi di 14 instalasi pengelolaan air (IPA). Sembari meningkatkan kapasitas produksi di empat lokasi, (lihat grafis).
“Semua (peningkatan kapasitas produksi) masih berjalan,” tuturnya. Tapi, moratorium itu tak berlaku untuk fasilitas umum dan sosial. “Hanya sementara. Kami tetap buat daftar tunggu,” imbuhnya.
“Jika IPA Kalhol dan IPA Sungai Kapih sudah bisa dioperasikan, bukan tak mungkin Samarinda akan surplus air bersih. Mengingat, IPA Kalhol saja mampu mengelola 1.000 liter per detik dan IPA Sungai Kapih sekitar 250 liter per detik,” sambungnya. (*/ryu/dns/k8)