TANJUNG REDEB–Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Berau Tekad Sumardi memprediksi kemarau berlangsung Juli hingga Oktober. Curah hujan menurun drastis. Meski begitu, masih ada kemungkinan terjadi hujan.
Turunnya hujan tersebut dipicu siklon pasifik yang menimbulkan angin di atas ketinggian 3.000 kaki di wilayah Sulawesi dan Kalimantan. “Sifatnya hanya hujan lokal. Hanya titik-titik tertentu, sementara sebagian besar lahan dalam kondisi kering,” ucapnya.
“Tetapi khusus untuk angin yang siklon pasifik, itu angin kering, jadi harus diwaspadai,” sambungnya.
Memasuki kemarau, kemunculan titik panas pun menjadi perhatian. Walau demikian, hingga kini titik panas di Berau masih rendah dibandingkan tahun lalu.
Namun, dia tetap mengimbau masyarakat, khususnya petani, untuk mulai meninggalkan tradisi membuka lahan dengan cara membakar. Pasalnya, tindakan tersebut berpotensi menimbulkan kebakaran hutan dan lahan yang sulit dikendalikan.
“Ditambah lagi dengan embusan angin yang cukup kuat, sehingga sangat berpotensi mengakibatkan kebakaran. Hal itu juga bisa menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara,” pungkasnya.
Untuk diketahui, telah terjadi kebakaran lahan dan hutan seluas 6 hektare di dua tempat berbeda. Dua hektare lahan terbakar di wilayah Kampung Tanjung Batu, Pulau Derawan, dan 4 hektare di Kampung Tumbit Sari, Sambaliung.
Adapun kebakaran yang terjadi di Kampung Tanjung Batu disebutkan Kapolsek Pulau Derawan Iptu Koko Djumarko, karena rumput liar yang memenuhi lahan tersebut sudah mengering. “Kami blokir lahan supaya tidak menjalar ke permukiman warga,” katanya, Selasa (6/8). (*/plp/arp/sam/dwi/k8)