Keruh dan waktu mengalirannya tidak jelas. Bahkan, biaya yang dikeluarkan terkadang membengkak jika tidak terkontrol. Kinerja perusahaan daerah air minum (PDAM) jelas dipertanyakan.
AWAL bulan lalu, protes keras dari warga Jalan AW Sjahranie, Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Samarinda Ulu, menyoroti kinerja PDAM Tirta Kencana. Aliran air kadang hidup, namun sering pula mati. Selain itu, warga banyak yang lebih sering membeli air ketimbang distribusi dari PDAM.
Aji Sayid Muhammad menyampaikannya secara khusus ke Kaltim Post. Terkait pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kencana. Berhari-hari air sudah tidak mengaliri tempat tinggalnya. Jika nyala, warna lebih kecokelatan. "Bukan rumah saya saja yang bermasalah seperti itu, hampir semua di RT sini demikian," ujarnya yang tinggal di Gang 1, Jalan AW Sjahranie.
Masalah aliran air di Kota Tepian tampaknya sulit untuk diselesaikan. Kaltim Post kembali mendapat penjelasan singkat dari seorang warga di kawasan Jalan Batu Bara, Samarinda Ulu.
Sigid menyebut, air PDAM di kediamannya tidak begitu jernih. Condong keruh. “Kalau saya pribadi diendapkan dulu di tempat khusus, supaya bisa dipakai untuk minum,” ujarnya. Keruhnya air itu sudah terjadi sebulan. “Kadang nyala siang, tapi lebih sering matinya. Air lebih sering menyala malam hari. Di atas pukul 24.00 Wita. Namun hanya sekitar lima jam, selebihnya mati,” sambungnya.
Selain Sigid, setiap malam, Dwi harus berjaga. Dia juga harus menguras bak yang sudah dipenuhi endapan kotoran hasil dari aliran PDAM Tirta Kencana yang mengalir ke rumahnya. "Sebab, kalau masih seperti ini, sama saja kita menimba sendiri air Mahakam. Padahal, memilih PDAM kan karena diolah dulu jadi air bersih,” tutupnya. (*/gai/*/dra/k8)
