Pengembangan Energi Hijau Berlanjut

- Rabu, 7 Agustus 2019 | 11:27 WIB

BALIKPAPAN–Proyek pengembangan energi hijau terus dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (persero) di Bumi Etam. Perseroan telah merancang sejumlah program, setelah energi baru dan terbarukan (EBT) dengan tenaga air, kali ini penggunaan teknologi rendah karbon seperti pembangkit USD, fuel switching.

Direktur Pengadaan strategis II PT PLN Djoko Raharjo Abumanan mengatakan, pembangkit USD, fuel switching adalah pengalihan BBM ke gas pada PLTG/GU/MG dan penggunaan campuran biofuel pada PLTD, serta upaya efisiensi pembangkit (CCGT, COgen, Class H Gas Turbine).

Dalam hal ini, PLN mulai mengimplementasikan peralihan penggunaan crude palm oil (CPO) 100 persen pada dua Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Kanaan di Bontang, Kalimantan Timur, dengan kapasitas 10 MW serta PLTD Batakan di Balikpapan, Kalimantan Timur, dengan kapasitas 40 MW.

Dia menyebut, dalam hal ini dilakukan setelah PLTD dengan bahan bakar nabati berbasis 100 persen minyak kelapa sawit atau CPO milik di lokasi Belitung juga telah berhasil dilakukan pengujian.

“Proses modifikasi cukup rumit dilakukan karena sifat bahan bakar fosil yang berbeda dengan CPO yang merupakan bahan nabati. Selain itu, suplai CPO dari sejumlah produsen masih terbatas,” ucapnya.

Selama ini, sambung dia, PLN memprioritaskan sumber energi untuk pembangkit dengan mengoptimalkan penggunaan energi yang berasal dari dalam negeri, seperti batu bara dan gas. Selain itu, memerhatikan ketersediaan pasokan dan harga keekonomian. Namun, modifikasi ini harus perlu dilakukan untuk memberikan nilai tambah yakni energi bersih di samping mengurangi impor BBM.

Saat ini, harga high speed diesel (HSD) yang terbilang mahal dengan kisaran harga mencapai Rp 10–12 ribu lebih. Sedangkan untuk marine fuel oil (MFO) bisa terbilang lebih murah dengan kisaran 0,65–0,85 persen dari harga HSD.

“Apalagi CPO itu non-impor, petaninya dari petani sawit jadi menjaga kearifan lokal. Uji coba modifikasi peralatan sudah oke. Modifikasi pembangkit PLTD ke CPO perubahan itu menurut saya oke secara lingkungan,” jelasnya saat dihubungi, Selasa (6/8).

Setelah Belitung dan Kalimantan Timur, PLN akan melanjutkan dengan proyek percontohan lain di PLTD Suppa di Parepare, Sulawesi Selatan, dengan kapasitas 62 MW. Juga, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Jayapura Papua dengan kapasitas 10 MW.
Dia memperhitungkan, selama ini keempat pembangkit tersebut membutuhkan kapasitas 190 ribu kiloliter diesel per tahun. Jadi, langka konversi ini bisa mengurangi penggunaan diesel sejumlah itu setiap tahunnya. Biaya-biaya yang timbul untuk pengujian dapat diambil dari dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). (aji/tom/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X