Kejar Pertumbuhan Optimalkan Pariwisata

- Rabu, 7 Agustus 2019 | 11:11 WIB

JAKARTA– Pemerintah siap gas pol menggenjot pertumbuhan ekonomi yang pada semester I 2019 hanya 5,06 persen. Di antaranya, dengan mendorong sektor pariwisata dan pemberian insentif untuk industri. Pemerintah telah menetapkan empat lokasi wisata prioritas yang akan dikembangkan. Yaitu, Danau Toba di Sumatera Utara, Candi Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT).

”Kita ingin ini bisa jadi destinasi wisata level internasional,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Perekonomian Ahmad Erani Yustika kemarin (6/8). Dia berharap pengembangan destinasi wisata tersebut akan memperbaiki defisit transaksi berjalan, khususnya defisit neraca jasa. Selain itu, pengembangan infrastruktur untuk lokasi-lokasi wisata tersebut akan menyerap lebih banyak tenaga kerja dan mendatangkan investasi. Di samping itu, berbagai skema insentif juga tengah digodok pemerintah.

Pemerintah sedang meninjau ulang apakah perusahaan PMA (penanaman modal asing) yang menahan labanya agar tetap stay di Indonesia dan tidak dibawa ke luar negeri perlu diberi tambahan insentif fiskal. Misalnya, dari sisi pajak, bea masuk, atau bea keluarnya. Skema insentif lain juga terbuka untuk ditinjau. Misalnya, apakah perlu insentif nonfiskal untuk perusahaan PMA tersebut dari sisi tenaga kerja atau ada perlakuan khusus dari sisi bea dan cukai ketika perusahaan PMA itu menginvestasikan mesin berteknologi baru ke Indonesia.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menambahkan, pihaknya siap meluncurkan hasil penghitungan produk domestik bruto (PDB) sektor pariwisata akhir tahun ini. PDB pariwisata dihitung karena kontribusinya terhadap perekonomian diperkirakan cukup tinggi. ”Kami sudah menghitung PDB ekonomi kreatif sejak tiga tahun lalu. Nah, PDB pariwisata juga sudah klir ruang lingkupnya karena sebetulnya pariwisata itu kan subsidi dari PDB kita kan,” ujarnya.

Wapres Jusuf Kalla mengisyaratkan realistis atas pertumbuhan ekonomi tahun ini. Dia secara tidak langsung mengakui bahwa peluang untuk mencapai pertumbuhan sesuai target awal 5,3 persen berat. ’’Kalau 5,1 atau 5,2 (persen) masih bisa,’’ terangnya di kantor Wapres kemarin. Itu sesuai dengan proyeksi teranyar Bank Indonesia yang memang menurunkan target pertumbuhan ekonomi. (rin/byu/c6/oki)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X