Risma SB Parinding hampir tidak percaya nama anaknya disebut. Anak keduanya, Ghefira Baso' Parinding dinobatkan sebagai juara kompetisi Bayi Sehat Se-Kaltim pada 21–29 Juli. Padahal, jangankan jadi yang paling sehat se-provinsi, jadi juara bayi sehat se-kecamatan saja sebelumnya tak sempat dipikirkan.
NOFIYATUL CHALIMAH, Samarinda
SEMUA bermula dari seleksi posyandu, tempat biasa Ghefira dipantau tumbuh kembangnya. Ternyata, Ghefira lolos untuk ikut seleksi tingkat kelurahan Bantuas, Palaran.
"Tapi, Ghefira waktu itu hanya juara harapan. Nah, waktu mau lomba tingkat kecamatan, yang juara di atasnya Ghefira sakit semua. Jadi, saya ditelepon, agar Ghefira mewakili Bantuas di tingkat kecamatan Palaran," kisah Risma.
Di tingkat kecamatan, Ghefira meraih juara pertama. Pun begitu dengan tingkat kota. Jadi, mewakili Samarinda untuk tingkat provinsi. Kemudian, dinobatkan jadi juara bayi sehat se-Kaltim dalam ajang yang diadakan oleh Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim di Hotel Royal Park, beberapa waktu lalu.
"Dia memang anaknya ceria, tidak takut dengan orang baru. Jadi, kalau anak lain diperiksa juri menangis, dia malah senang," imbuh Martinus, ayah Ghefira.
Meski demikian, Ghefira dan keluarganya rupanya bukan berasal dari keluarga yang tinggal di kawasan kota dengan fasilitas lengkap. Mereka tinggal di pelosok Samarinda, di sebuah rumah kayu di Jalan Taruna RT 07, Bantuas, berbatasan dengan Kecamatan Loa Janan atau yang akrab disebut Kampung Trans.
Ghefira bukan pula berasal dari keluarga berkecukupan. Dia lahir dari keluarga sederhana. Ayah Ghefira bekerja serabutan, setelah satu tahun lalu di PHK. Sedangkan ibunya, kadang-kadang menerima jasa menjahit di rumah. Mereka juga berkebun untuk kebutuhan makan sendiri.
"Selain ASI, Ghefira suka makan sayur dan buah. Jadi, kami ambilkan di kebun dan masak sendiri. Kalau ikan juga dari bapaknya pas pulang dari mancing. Ya namanya di desa, kami juga hidup seadanya," ucap Risma.
Sayur daun singkong dan terong adalah kesukaan Ghefira. Dia pun tumbuh menjadi bayi yang sehat dan ceria. Pada usia 11 bulannya ini, Ghefira tengah senang-senangnya merangkak dan belajar berjalan.
Ghefira juga memiliki rasa penasaran tinggi dan tak takut dengan orang-orang baru. Menurut Risma, Ghefira terbiasa dengan orang banyak karena rumahnya sering kedatangan tamu orang yang mau menjahit. Selain itu, Ghefira kerap diajak bersosialisasi dengan para tetangga.
Selain Ghefira yang dinilai tumbuh kembangnya, dalam penilaian bayi sehat, kemampuan ibu memahami asupan gizi yang tepat untuk anaknya juga jadi tolok ukur. Risma mengaku, ilmu mengasuh dan gizi anaknya dia dapatkan dari orangtua. Selain itu, dia sempat mengikuti kelas terkait tumbuh kembang anak yang diadakan posyandu. Meskipun, jarak posyandu ke rumahnya hampir 2 kilometer.
"Saya pernah jalan kaki ke posyandu. Waktu dulu bapaknya lagi kerja. Tidak ada yang antar," kenangnya.